Saat aku masih kuliah, aku memiliki banyak waktu untuk menulis di dunia maya melalui blog yang aku kelola. Namun setelah lulus kuliah dan bekerja di media, waktu untuk menulis tersebut menjadi sangat terbatas. Ya, menjadi wartawan atau jurnalis salah satu media cetak di kampung halamanku, Kota Bontang, Kalimantan Timur, membuatku begitu sibuk. Aku memang masih tetap menulis, tapi apa yang kutulis adalah fakta berupa berita, bukan opini sebagaimana yang sering kutulis dulu. Meski begitu, merupakan hal yang menyenangkan dapat tetap menulis, apalagi bila hobi tersebut berjalan beriringan dengan pekerjaan yang dijalani.
Sebenarnya seorang wartawan memiliki kesempatan dalam menuliskan opini. Yaitu melalui rubrik berita yang disebut CATATAN. Biasanya, dalam rubrik ini, seorang wartawan membahas isu-isu terkini dari perspektifnya pribadi, sembari ikut memberikan solusi atau perbandingan. Namun, tetap saja dalam penulisan ini harus menggunakan data dan fakta yang ada. Dalam hal ini, penulisanku naik ke tingkat berikutnya, yaitu suatu opini dengan menyertakan fakta. Menurutku, jenis penulisan yang menggabungkan opini dan fakta merupakan jenis tulisan tingkat tinggi.
Sayangnya, meski memiliki keinginan keras untuk menulis banyak CATATAN, namun toh sampai saat ini baru satu CATATAN saja yang telah kuselesaikan dan diterbitkan di surat kabarku. Yaitu tulisan yang mengupas salah satu program unggulan Pemkot Bontang di bawah kepemimpinan Wali Kota saat ini. Sebenarnya, ada banyak ide CATATAN yang ingin kutuliskan, dengan melihat banyaknya fenomena sosial yang kutemui selama liputan berita. Salah satunya mengenai krisis air atau pemunduran jadwal Ujian Nasional yang terjadi Bontang.
Akan tetapi, menulis CATATAN tidak semudah menulis berita. Karena dalam menulis CATATAN ini, seorang wartawan dituntut bisa memahami permasalahan yang akan dikupas tersebut dengan baik. Dalam penulisannya pun harus melihat pada banyak aspek yang saling terkait satu sama lain. Serta, tulisan tersebut harus dapat disejajarkan dengan data dan fakta, yang harus bisa memberikan kesimpulan. Itung-itung kalau kesimpulan yang diberikan berupa solusi, bukan sekadar kritik. Bila melalui CATATAN tersebut seorang wartawan mampu menghadirkan solusi, maka peran profesi yang dijuluki kuli tinta ini telah berhasil dalam pembangunan.
Nah, sebenarnya aku bisa memahami permasalahan yang akan aku ulas dalam tulisanku. Melalui beberapa studi literatur dan beberapa kali membuka data. Dari situ, aku bisa membuat kesimpulan awal, untuk kemudian aku uraikan satu per satu ke dalam rangkaian kalimat. Namun, waktuku sudah begitu tersita dengan tugas utama seorang wartawan, mencari berita. Ya, tuntutan untuk bisa meraih setiap penugasan yang diberikan redaktur dan kuota minimal tiga berita membuatku selalu berpikir keras dalam satu hari kerjaku. Ditambah lagi kini posisiku bukan lagi sebagai wartawan murni, melainkan menjadi asisten redaktur, yang memiliki tugas tambahan mengedit berita wartawan lain dan merencanakan tampilan halaman.
Meski begitu, toh CATATAN pertamaku yang berjudul 'Semuanya Dapat Kue' justru kutulis ketika aku telah diangkat menjadi asisten redaktur. Artinya, sebenarnya aku bisa saja menambah pundi-pundi produktivitasku melalui CATATAN. Namun, aku perlu menguasai suatu masalah dengan lebih baik, selain harus berada dalam posisi yang memungkinkan untuk itu. CATATAN pertamaku itu, bisa kutulis karena aku penanggung jawab halaman kontrak Pemkot Bontang, yang berita-beritanya mengulas program tersebut. Jadi, wajar bila kemudian aku memahami program tersebut.
Well, mungkin aku memang masih perlu banyak belajar untuk menulis CATATAN. Dalam hal ini, bisa belajar dari Menteri BUMN Dahlan Iskan, yang tulisan Manufacturing Hope-nya selalu diterbitkan setiap satu pekan sekali pada surat kabar Jawa Pos dan surat kabar daerah di bawah naungan JPNN. Atau salah satu tokoh Kaltim Post, Syhril Teha Noor. Sehingga nantinya aku bisa membuat CATATAN yang lebih baik, mencampurkan Opini dan Fakta dengan tepat, dan melalui tulisanku, aku bisa ikut mengubah dunia.
Well, sebenarnya aku harus berterima kasih pada tulisan-tulisanku terdahulu yang berjenis opini. Sebab, karena tulisan-tulisanku tersebut, aku bisa diterima bekerja di salah satu surat kabar harian di Bontang yang selalu mengutamakan konten lokal, Bontang Post. (luk)
Sebenarnya seorang wartawan memiliki kesempatan dalam menuliskan opini. Yaitu melalui rubrik berita yang disebut CATATAN. Biasanya, dalam rubrik ini, seorang wartawan membahas isu-isu terkini dari perspektifnya pribadi, sembari ikut memberikan solusi atau perbandingan. Namun, tetap saja dalam penulisan ini harus menggunakan data dan fakta yang ada. Dalam hal ini, penulisanku naik ke tingkat berikutnya, yaitu suatu opini dengan menyertakan fakta. Menurutku, jenis penulisan yang menggabungkan opini dan fakta merupakan jenis tulisan tingkat tinggi.
Sayangnya, meski memiliki keinginan keras untuk menulis banyak CATATAN, namun toh sampai saat ini baru satu CATATAN saja yang telah kuselesaikan dan diterbitkan di surat kabarku. Yaitu tulisan yang mengupas salah satu program unggulan Pemkot Bontang di bawah kepemimpinan Wali Kota saat ini. Sebenarnya, ada banyak ide CATATAN yang ingin kutuliskan, dengan melihat banyaknya fenomena sosial yang kutemui selama liputan berita. Salah satunya mengenai krisis air atau pemunduran jadwal Ujian Nasional yang terjadi Bontang.
Akan tetapi, menulis CATATAN tidak semudah menulis berita. Karena dalam menulis CATATAN ini, seorang wartawan dituntut bisa memahami permasalahan yang akan dikupas tersebut dengan baik. Dalam penulisannya pun harus melihat pada banyak aspek yang saling terkait satu sama lain. Serta, tulisan tersebut harus dapat disejajarkan dengan data dan fakta, yang harus bisa memberikan kesimpulan. Itung-itung kalau kesimpulan yang diberikan berupa solusi, bukan sekadar kritik. Bila melalui CATATAN tersebut seorang wartawan mampu menghadirkan solusi, maka peran profesi yang dijuluki kuli tinta ini telah berhasil dalam pembangunan.
Nah, sebenarnya aku bisa memahami permasalahan yang akan aku ulas dalam tulisanku. Melalui beberapa studi literatur dan beberapa kali membuka data. Dari situ, aku bisa membuat kesimpulan awal, untuk kemudian aku uraikan satu per satu ke dalam rangkaian kalimat. Namun, waktuku sudah begitu tersita dengan tugas utama seorang wartawan, mencari berita. Ya, tuntutan untuk bisa meraih setiap penugasan yang diberikan redaktur dan kuota minimal tiga berita membuatku selalu berpikir keras dalam satu hari kerjaku. Ditambah lagi kini posisiku bukan lagi sebagai wartawan murni, melainkan menjadi asisten redaktur, yang memiliki tugas tambahan mengedit berita wartawan lain dan merencanakan tampilan halaman.
Meski begitu, toh CATATAN pertamaku yang berjudul 'Semuanya Dapat Kue' justru kutulis ketika aku telah diangkat menjadi asisten redaktur. Artinya, sebenarnya aku bisa saja menambah pundi-pundi produktivitasku melalui CATATAN. Namun, aku perlu menguasai suatu masalah dengan lebih baik, selain harus berada dalam posisi yang memungkinkan untuk itu. CATATAN pertamaku itu, bisa kutulis karena aku penanggung jawab halaman kontrak Pemkot Bontang, yang berita-beritanya mengulas program tersebut. Jadi, wajar bila kemudian aku memahami program tersebut.
Well, mungkin aku memang masih perlu banyak belajar untuk menulis CATATAN. Dalam hal ini, bisa belajar dari Menteri BUMN Dahlan Iskan, yang tulisan Manufacturing Hope-nya selalu diterbitkan setiap satu pekan sekali pada surat kabar Jawa Pos dan surat kabar daerah di bawah naungan JPNN. Atau salah satu tokoh Kaltim Post, Syhril Teha Noor. Sehingga nantinya aku bisa membuat CATATAN yang lebih baik, mencampurkan Opini dan Fakta dengan tepat, dan melalui tulisanku, aku bisa ikut mengubah dunia.
Well, sebenarnya aku harus berterima kasih pada tulisan-tulisanku terdahulu yang berjenis opini. Sebab, karena tulisan-tulisanku tersebut, aku bisa diterima bekerja di salah satu surat kabar harian di Bontang yang selalu mengutamakan konten lokal, Bontang Post. (luk)
kliping_catatan_pertamaku_di_koran_bontang_post.jpg |