Setiap wartawan memiliki inisial yang diletakkan di akhir berita bereka. Inisial ini bervariasi, antara dua sampai tiga huruf. Wartawan pun bebas memilih inisial mereka. Apakah diambil dari bagian nama mereka, atau mungkin kombinasi dari huruf pertama nama depan dan nama belakang mereka. Contohnya inisialku yaitu luk, yang diambil dari tiga huruf pertama namaku. Inisial inilah yang kemudian menjadi identitas, untuk mengetahui siapa wartawan yang menulis berita tersebut. Inisial ini, ditulis dalam tanda kurung.
Bagi wartawan baru, ada embel-embel yang ditambahkan pada inisial mereka. Yaitu tanda bintang, diikuti garis miring, lantas inisial mereka. Contohnya: (*/luk). Tanda bintang dalam inisial ini menandakan bahwa berita yang ditulis wartawan ini masih terbilang membutuhkan editing penuh dari redaktur yang memeriksa tulisan wartawan tersebut. Bila tanda bintang tersebut hilang, artinya tulisan wartawan tersebut dianggap sudah bagus, bersih, dan tidak perlu melalui proses editing yang panjang. Biasanya, redaktur hanya melihatnya sekilas, atau kalaupun ada yang diubah, pada pemilihan lead atau judul berita. Nah, wartawan yang sudah tidak memiliki bintang pada inisialnya, contohnya: (luk), bisa dianggap sebagai wartawan yang hebat dan dapat diandalkan dalam hal penulisan.
Nah, bagiku, adalah sebuah prestasi tersendiri bisa melenyapkan bintangku dalam inisialku tersebut kurang dari enam bulan saja. Ya, seniorku yang sekarang telah meninggalkan Bontang Post saja butuh waktu hampir satu tahun untuk melenyapkan bintang tersebut. Artinya, kemampuan penulisanku sudah diakui, dan dengan pencapaian kurang dari enam bulan, merupakan sebuah kebanggan tersendiri bagiku. Memang sebelumnya aku sudah menargetkan bintangku tersebut hilang dalam waktu enam bulan sejak aku bekerja sebagai wartawan. Namun nyatanya, bintang itu hilang sekira dua pekan sebelum usia kerjaku enam bulan. Melebihi target.
Saat itu, 20 Januari 2013 di meja rapat redaksi, aku diangkat menjadi asisten redaktur. Bersamaan dengan itu, bintangku dihilangkan, sekaligus pengakuan atas kualitas penulisanku. Rasanya saat itu begitu senang, begitu bahagia. Keinginanku agar inisialku dapat tampil tanpa bintang akhirnya terwujud dalam waktu yang singkat, dalam waktu enam bulan saja. Aku begitu terharu malam itu. Tidak tahu harus berkata apa, tapi kawan-kawanku memberi selamat. Yeah, entah kenapa malam itu rasanya begitu bahagia. Sebuah prestasi dan pencapaian yang luar biasa.
Kenapa kubilang luar biasa? Karena aku berhasil melampaui dua wartawan senior lain saat itu, yang masih memiliki bintang pada inisial mereka. Padahal, usia kerjaku lebih muda dari mereka. Aku juga berhasil mendahului teman satu letingku, Rahman yang masuk hampir bersamaan (lebih dulu satu pekan) dariku. Kupikir benar kata redakturku, bahwa di tempatku bekerja, tidak ada istilah baru-lama, senior-junior. Karena yang dilihat adalah keinginan kerja, keinginan belajar, dan prestasi. Dan terkadang kupikir wajar bila aku berhasil dalam rentang waktu tersebut, karena aku memang punya basic hobi menulis.
Tapi, kehilangan bintang juga berarti bertambahnya tanggung jawabku sebagai wartawan, untuk terus menghasilkan tulisan-tulisan yang bersih dan sempurna. Karena, dengan tanpa bintang, artinya redaktur bisa percaya begitu saja dan langsung memasukkannya ke dalam folder OKE. Ini membuat redaktur percaya pada wartawan, sehingga tidak lagi memeriksa tulisan sang wartawan. Akibatnya, penulisan yang salah dan juga salah tafsir wartawan bisa terjadi saat koran terbit. Tentunya hal ini akan berpengaruh buruk pada produk. Ini pernah kualami sendiri dan membuatku mesti lebih berhati-hati lagi.
Mungkin benar kalimat yang diucapkan pamannya Peter Parker, "with great power, comes great responsbility". Dengan kekuatan besar, datang pula tanggung jawab yang besar. So, jangan pernah merasa minder atau rendah diri karena usia kerja kita lebih muda. Karena usia atau usia kerja bukanlah hal penentu dalam berprestasi. Siapapun bisa berprestasi, bahkan pegawai baru sekalipun. Yang terpenting adalah kemauan, keingiApalagi, merupakan sebuah prestasi apabila seorang junior, bisa menghasilkan prestasi melampaui senior atau pendahulunya. Tunjukkan bahwa usia bukan penghalang untuk berprestasi! (luk)
Bagi wartawan baru, ada embel-embel yang ditambahkan pada inisial mereka. Yaitu tanda bintang, diikuti garis miring, lantas inisial mereka. Contohnya: (*/luk). Tanda bintang dalam inisial ini menandakan bahwa berita yang ditulis wartawan ini masih terbilang membutuhkan editing penuh dari redaktur yang memeriksa tulisan wartawan tersebut. Bila tanda bintang tersebut hilang, artinya tulisan wartawan tersebut dianggap sudah bagus, bersih, dan tidak perlu melalui proses editing yang panjang. Biasanya, redaktur hanya melihatnya sekilas, atau kalaupun ada yang diubah, pada pemilihan lead atau judul berita. Nah, wartawan yang sudah tidak memiliki bintang pada inisialnya, contohnya: (luk), bisa dianggap sebagai wartawan yang hebat dan dapat diandalkan dalam hal penulisan.
Nah, bagiku, adalah sebuah prestasi tersendiri bisa melenyapkan bintangku dalam inisialku tersebut kurang dari enam bulan saja. Ya, seniorku yang sekarang telah meninggalkan Bontang Post saja butuh waktu hampir satu tahun untuk melenyapkan bintang tersebut. Artinya, kemampuan penulisanku sudah diakui, dan dengan pencapaian kurang dari enam bulan, merupakan sebuah kebanggan tersendiri bagiku. Memang sebelumnya aku sudah menargetkan bintangku tersebut hilang dalam waktu enam bulan sejak aku bekerja sebagai wartawan. Namun nyatanya, bintang itu hilang sekira dua pekan sebelum usia kerjaku enam bulan. Melebihi target.
Saat itu, 20 Januari 2013 di meja rapat redaksi, aku diangkat menjadi asisten redaktur. Bersamaan dengan itu, bintangku dihilangkan, sekaligus pengakuan atas kualitas penulisanku. Rasanya saat itu begitu senang, begitu bahagia. Keinginanku agar inisialku dapat tampil tanpa bintang akhirnya terwujud dalam waktu yang singkat, dalam waktu enam bulan saja. Aku begitu terharu malam itu. Tidak tahu harus berkata apa, tapi kawan-kawanku memberi selamat. Yeah, entah kenapa malam itu rasanya begitu bahagia. Sebuah prestasi dan pencapaian yang luar biasa.
Kenapa kubilang luar biasa? Karena aku berhasil melampaui dua wartawan senior lain saat itu, yang masih memiliki bintang pada inisial mereka. Padahal, usia kerjaku lebih muda dari mereka. Aku juga berhasil mendahului teman satu letingku, Rahman yang masuk hampir bersamaan (lebih dulu satu pekan) dariku. Kupikir benar kata redakturku, bahwa di tempatku bekerja, tidak ada istilah baru-lama, senior-junior. Karena yang dilihat adalah keinginan kerja, keinginan belajar, dan prestasi. Dan terkadang kupikir wajar bila aku berhasil dalam rentang waktu tersebut, karena aku memang punya basic hobi menulis.
Tapi, kehilangan bintang juga berarti bertambahnya tanggung jawabku sebagai wartawan, untuk terus menghasilkan tulisan-tulisan yang bersih dan sempurna. Karena, dengan tanpa bintang, artinya redaktur bisa percaya begitu saja dan langsung memasukkannya ke dalam folder OKE. Ini membuat redaktur percaya pada wartawan, sehingga tidak lagi memeriksa tulisan sang wartawan. Akibatnya, penulisan yang salah dan juga salah tafsir wartawan bisa terjadi saat koran terbit. Tentunya hal ini akan berpengaruh buruk pada produk. Ini pernah kualami sendiri dan membuatku mesti lebih berhati-hati lagi.
Mungkin benar kalimat yang diucapkan pamannya Peter Parker, "with great power, comes great responsbility". Dengan kekuatan besar, datang pula tanggung jawab yang besar. So, jangan pernah merasa minder atau rendah diri karena usia kerja kita lebih muda. Karena usia atau usia kerja bukanlah hal penentu dalam berprestasi. Siapapun bisa berprestasi, bahkan pegawai baru sekalipun. Yang terpenting adalah kemauan, keingiApalagi, merupakan sebuah prestasi apabila seorang junior, bisa menghasilkan prestasi melampaui senior atau pendahulunya. Tunjukkan bahwa usia bukan penghalang untuk berprestasi! (luk)