PERINGATAN!!!
DILARANG KERAS MENYALIN TULISAN INI TANPA SEIZIN PENULIS.
DILARANG KERAS MENYALIN TULISAN INI TANPA SEIZIN PENULIS.
Annisa Choirunisa, Golfer Belia Kota Taman
Awalnya Dipaksa, Kini Ketagihan
Meski baru dua tahun menekuni dunia golf, bakat atlet telah ditunjukkan Annisa Choirunisa. Beberapa prestasi telah diraihnya, bahkan mendapat predikat best player 2013 versi Komite Sintuk Golf Bontang (SGB).
LUKMAN MAULANA, Bontang
Awalnya Dipaksa, Kini Ketagihan
Meski baru dua tahun menekuni dunia golf, bakat atlet telah ditunjukkan Annisa Choirunisa. Beberapa prestasi telah diraihnya, bahkan mendapat predikat best player 2013 versi Komite Sintuk Golf Bontang (SGB).
LUKMAN MAULANA, Bontang
Mengikuti keseharian Nisa, sapaan akrabnya, serupa dengan mengikuti keseharian gadis-gadis lain seusianya. Namun ada yang membedakannya dengan gadis-gadis lain seusai sekolah. Senja hari setelah menuntut ilmu di sekolahnya, SMP Vidatra, dara berusia 14 tahun ini justru memanfaatkan waktunya bermain golf. Ya, olahraga golf sudah menjadi bagian kesehariannya.
“Biasanya bila tidak capek, saya selalu menyempatkan diri bermain golf. Entah itu driving ringan di Badak Golf Bontang, atau bermain 9 hole di Sintuk Golf Bontang,” kisah Nisa kepada media ini.
Namun sejak sepekan terakhir, aktivitas rutin Nisa tersebut menjadi sedikit berbeda. Menjelang penyelenggaraan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Kaltim 2014 mendatang, Nisa mesti mengikuti training center (TC) atau pemusatan latihan bersama rekan golfer lainnya secara intensif tiga hari dalam sepekan. Yaitu pada Senin, Rabu, dan Jumat. Pada Porprov Kaltim 2014, Nisa termasuk satu dari tiga golfer perempuan yang bakal membela Kota Taman.
Sebagaimana yang tampak Rabu (27/11) lalu di padang golf SGB. Dalam permainan 18 hole tersebut, Nisa tampak cekatan memainkan stik atau tongkat pemukul golfnya. Demi memasukkan bola golf ke dalam lubang yang dituju. Dalam latihan ini, dia dibimbing pelatih golf Bontang untuk Porprov Kaltim yang menunjukkan kesalahan-kesalahan yang dilakukannya untuk diperbaiki.
Dituturkan Nisa, sebenarnya golf bukan merupakan keinginannya. Awalnya, dia dipaksa sang ayah yang berprofesi sebagai agen koran, Eko Wiyono untuk menekuni olahraga golf. Saat itu sang ayah melihat potensi olahraga golf bagi masa depan Nisa. Perlahan, Nisa menekuni olahraga ini dan lama-lama menjadi ketagihan. Dia dilatih oleh pelatih golf Bontang Sudirman AP yang mengajarkan dasar dan teknik golf, serta pelatih tim Bontang untuk Porprov Bakri Makmur.
“Ayah saya yang memaksa saya main golf. Bahkan saya dulu orangnya takut kalau kulit saya jadi hitam. Tapi setelah saya mencoba golf dan terus bermain golf, akhirnya saya menyukai olahraga ini,” kenangnya.
Ketagihan Nisa pada olahraga golf semakin menjadi-jadi tatkala dia berkeinginan memenangkan turnamen dan mendapatkan piala. Saat itu Rani, rekan golfer Nisa yang lebih senior memberikannya piala sebagai motivasi mengikuti turnamen. Motivasi tersebut membuatnya terpacu untuk bermain baik dan berhasil memenangkan berbagai turnamen yang digelar di Kaltim. Baik di ladies flight maupun flight B, sebagai juara 1 atau sebagai best nett. Prestasi teranyarnya adalah best player of the year 2013 SGB yang hingga kini paling memberikan kesan.
“Saya tidak percaya terpilih sebagai yang terbaik di 2013. Padahal saya terbilang baru bila dibandingkan golfer-golfer lainnya yang lebih dulu menekuni golf dan jauh lebih bagus dari saya,” ungkap sulung dari tiga bersaudara ini.
Sebagai seorang golfer perempuan, Nisa berambisi dapat menjadi semakin lebih baik dan lebih dikenal luas. Targetnya tak main-main, dia ingin go internasional, mengikuti turnamen-turnamen kelas dunia. Hal ini mulai dirintisnya dalam keikutsertaannya pada Asean Championship 2012 dan Mc Donald’s Junior Golf 2013 di Jakarta. Bahkan pada dua turnamen tersebut, Nisa menjadi satu-satunya golfer yang mewakili Kaltim.
“Bermain di Jakarta memberi saya banyak pengalaman. Walaupun saya tidak menang, tapi saya bisa mengenal banyak golfer hebat di sana. Saya juga bisa melihat kemampuan mereka, agar dapat saya ambil pelajaran,” ujarnya.
Dia memang berharap dapat ikut dalam setiap event internasional, minimal tingkat ASEAN sebagai media pengasah kemampuannya. Namun, hal itu pasti berat tanpa adanya dukungan yang nyata. Meski begitu dia tetap optimistis dapat terus meraih prestasi melalui latihan intensif yang selalu dilakukannya. Selain Porprov, saat ini dia tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti turnamen ASEAN dan PON.
“Saya ingin dikenal banyak orang sebagai golfer yang baik dan tidak diremehkan. Cita-cita saya memang ingin menjadi atlet golf,” pungkas golfer dengan handicap 14 ini. (***)
“Biasanya bila tidak capek, saya selalu menyempatkan diri bermain golf. Entah itu driving ringan di Badak Golf Bontang, atau bermain 9 hole di Sintuk Golf Bontang,” kisah Nisa kepada media ini.
Namun sejak sepekan terakhir, aktivitas rutin Nisa tersebut menjadi sedikit berbeda. Menjelang penyelenggaraan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Kaltim 2014 mendatang, Nisa mesti mengikuti training center (TC) atau pemusatan latihan bersama rekan golfer lainnya secara intensif tiga hari dalam sepekan. Yaitu pada Senin, Rabu, dan Jumat. Pada Porprov Kaltim 2014, Nisa termasuk satu dari tiga golfer perempuan yang bakal membela Kota Taman.
Sebagaimana yang tampak Rabu (27/11) lalu di padang golf SGB. Dalam permainan 18 hole tersebut, Nisa tampak cekatan memainkan stik atau tongkat pemukul golfnya. Demi memasukkan bola golf ke dalam lubang yang dituju. Dalam latihan ini, dia dibimbing pelatih golf Bontang untuk Porprov Kaltim yang menunjukkan kesalahan-kesalahan yang dilakukannya untuk diperbaiki.
Dituturkan Nisa, sebenarnya golf bukan merupakan keinginannya. Awalnya, dia dipaksa sang ayah yang berprofesi sebagai agen koran, Eko Wiyono untuk menekuni olahraga golf. Saat itu sang ayah melihat potensi olahraga golf bagi masa depan Nisa. Perlahan, Nisa menekuni olahraga ini dan lama-lama menjadi ketagihan. Dia dilatih oleh pelatih golf Bontang Sudirman AP yang mengajarkan dasar dan teknik golf, serta pelatih tim Bontang untuk Porprov Bakri Makmur.
“Ayah saya yang memaksa saya main golf. Bahkan saya dulu orangnya takut kalau kulit saya jadi hitam. Tapi setelah saya mencoba golf dan terus bermain golf, akhirnya saya menyukai olahraga ini,” kenangnya.
Ketagihan Nisa pada olahraga golf semakin menjadi-jadi tatkala dia berkeinginan memenangkan turnamen dan mendapatkan piala. Saat itu Rani, rekan golfer Nisa yang lebih senior memberikannya piala sebagai motivasi mengikuti turnamen. Motivasi tersebut membuatnya terpacu untuk bermain baik dan berhasil memenangkan berbagai turnamen yang digelar di Kaltim. Baik di ladies flight maupun flight B, sebagai juara 1 atau sebagai best nett. Prestasi teranyarnya adalah best player of the year 2013 SGB yang hingga kini paling memberikan kesan.
“Saya tidak percaya terpilih sebagai yang terbaik di 2013. Padahal saya terbilang baru bila dibandingkan golfer-golfer lainnya yang lebih dulu menekuni golf dan jauh lebih bagus dari saya,” ungkap sulung dari tiga bersaudara ini.
Sebagai seorang golfer perempuan, Nisa berambisi dapat menjadi semakin lebih baik dan lebih dikenal luas. Targetnya tak main-main, dia ingin go internasional, mengikuti turnamen-turnamen kelas dunia. Hal ini mulai dirintisnya dalam keikutsertaannya pada Asean Championship 2012 dan Mc Donald’s Junior Golf 2013 di Jakarta. Bahkan pada dua turnamen tersebut, Nisa menjadi satu-satunya golfer yang mewakili Kaltim.
“Bermain di Jakarta memberi saya banyak pengalaman. Walaupun saya tidak menang, tapi saya bisa mengenal banyak golfer hebat di sana. Saya juga bisa melihat kemampuan mereka, agar dapat saya ambil pelajaran,” ujarnya.
Dia memang berharap dapat ikut dalam setiap event internasional, minimal tingkat ASEAN sebagai media pengasah kemampuannya. Namun, hal itu pasti berat tanpa adanya dukungan yang nyata. Meski begitu dia tetap optimistis dapat terus meraih prestasi melalui latihan intensif yang selalu dilakukannya. Selain Porprov, saat ini dia tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti turnamen ASEAN dan PON.
“Saya ingin dikenal banyak orang sebagai golfer yang baik dan tidak diremehkan. Cita-cita saya memang ingin menjadi atlet golf,” pungkas golfer dengan handicap 14 ini. (***)
Diejek Teman, Didukung Ayah
DI lingkungan sekolah, tak semua kawannya mengetahui aktivitas golf yang ditekuni Nisa. Di antara kawannya yang mengetahui Nisa sebagai golfer, ada yang mendukung, namun ada pula yang mengejeknya. Kawan yang mengejeknya mengatakan bahwa golf adalah olahraga untuk orang tua yang tidak tepat bila dimainkan Nisa. Namun, Nisa cuek dan tidak menanggapi ejekan dari kawannya tersebut.
“Ya diolok-olok gitu. Direndahin, katanya golf itu olahraganya orang yang sudah tua. Tapi saya biarin aja, tidak saya tanggapi,” kisah Nisa.
Sementara dukungan penuh datang dari orangtua Nisa, khususnya sang ayah yang mengenalkannya pada dunia golf. Setiap kali permainannya jelek, sang ayah selalu memberikan semangat padanya. Gadis kalem ini juga belajar banyak filosofi hidup dari sang ayah yang berprofesi sebagai agen koran. Salah satu yang kerap ditekankan sang ayah yaitu agar Nisa selalu menjadi dirinya sendiri dalam permainan golf.
“Ayah juga sering menemani saya bermain golf. Kata ayah, lupakan permainan buruk yang sudah terlewati, permainan di hole berikutnya harus lebih baik,” ujarnya.
Meskipun memiliki beragam aktivitas golf, gadis yang pernah menjajal marching band ini mengaku kegiatannya tersebut tidak mengganggu sekolah. Karena dia bisa membagi waktu antara belajar dengan golf. Bila kelelahan dengan jadwal sekolah, Nisa memilih tidak melakoni aktivitas golfnya di senja hari. Termasuk jadwal rutin latihannya di akhir pekan, akan ditinggalkannya bila bertepatan dengan kegiatan sekolah.
Selain bermain golf, saat ini siswi kelas VIII-E SMP Vidatra ini tengah mencoba memasuki dunia tarik suara. Hal ini untuk menunjang permainannya di padang hijau golf. Karena menurutnya, menyanyi dan golf sama-sama melatih kepercayaan diri.
“Saya sedang belajar menyanyi. Karena menyanyi sinkron dengan golf. Sama-sama bisa membangun kepercayaan diri dan menguji mental,” sebut penggemar menu ayam gepuk dan kepiting ini.
Dia berharap permainan golf-nya dapat semakin membaik ke depan. Sebagaimana moto hidupnya, yaitu hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. “Dalam golf selalu saya tekankan, lupakan hole sebelumnya, pikirkan hole berikutnya yang harus baik,” tandasnya. (luk)
DI lingkungan sekolah, tak semua kawannya mengetahui aktivitas golf yang ditekuni Nisa. Di antara kawannya yang mengetahui Nisa sebagai golfer, ada yang mendukung, namun ada pula yang mengejeknya. Kawan yang mengejeknya mengatakan bahwa golf adalah olahraga untuk orang tua yang tidak tepat bila dimainkan Nisa. Namun, Nisa cuek dan tidak menanggapi ejekan dari kawannya tersebut.
“Ya diolok-olok gitu. Direndahin, katanya golf itu olahraganya orang yang sudah tua. Tapi saya biarin aja, tidak saya tanggapi,” kisah Nisa.
Sementara dukungan penuh datang dari orangtua Nisa, khususnya sang ayah yang mengenalkannya pada dunia golf. Setiap kali permainannya jelek, sang ayah selalu memberikan semangat padanya. Gadis kalem ini juga belajar banyak filosofi hidup dari sang ayah yang berprofesi sebagai agen koran. Salah satu yang kerap ditekankan sang ayah yaitu agar Nisa selalu menjadi dirinya sendiri dalam permainan golf.
“Ayah juga sering menemani saya bermain golf. Kata ayah, lupakan permainan buruk yang sudah terlewati, permainan di hole berikutnya harus lebih baik,” ujarnya.
Meskipun memiliki beragam aktivitas golf, gadis yang pernah menjajal marching band ini mengaku kegiatannya tersebut tidak mengganggu sekolah. Karena dia bisa membagi waktu antara belajar dengan golf. Bila kelelahan dengan jadwal sekolah, Nisa memilih tidak melakoni aktivitas golfnya di senja hari. Termasuk jadwal rutin latihannya di akhir pekan, akan ditinggalkannya bila bertepatan dengan kegiatan sekolah.
Selain bermain golf, saat ini siswi kelas VIII-E SMP Vidatra ini tengah mencoba memasuki dunia tarik suara. Hal ini untuk menunjang permainannya di padang hijau golf. Karena menurutnya, menyanyi dan golf sama-sama melatih kepercayaan diri.
“Saya sedang belajar menyanyi. Karena menyanyi sinkron dengan golf. Sama-sama bisa membangun kepercayaan diri dan menguji mental,” sebut penggemar menu ayam gepuk dan kepiting ini.
Dia berharap permainan golf-nya dapat semakin membaik ke depan. Sebagaimana moto hidupnya, yaitu hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. “Dalam golf selalu saya tekankan, lupakan hole sebelumnya, pikirkan hole berikutnya yang harus baik,” tandasnya. (luk)
“Perempuan Bisa Main Golf”
BAGI Nisa, golf bukan lagi sekadar olahraga atau hobi. Melainkan telah menjadi suatu kebutuhan. Baginya, satu pekan saja tidak menginjakkan kaki di green, rasanya ada yang kurang. Dia menyebut ada banyak manfaat yang dirasakan melalui golf. Di antaranya, golf melatih kemandirian, kedisiplinan, perhitungan, komunikasi, bahkan pergaulan.
“Hal-hal tersebut sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu tepat bila ayah saya meminta saya bermain golf agar saya bias mandiri demi masa depan,” terang Nisa.
Terkait anggapan bahwa golf merupakan olahraga orang kaya, dia secara tegas menampiknya. Buktinya, dia bias memainkannya padahal bukan berasal dari keluarga kaya. Dikatakannya, permainan golf di Bontang terbilang murah bila dibandingkan di luar Bontang terutama di kota-kota besar. Keberadaan dua padang golf yaitu Sintuk dan Badak, semestinya dapat dimanfaatkan optimal oleh putra-putri Bontang untuk mengasah kemampuan golf.
“Menurut saya, di antara padang golf di Kaltim, padang golf Sintuk adalah yang terbaik. Tapi di antar apadang golf yang pernah saya datangi, padang golf di Jakarta yang terbaik. Par-nya panjang,” tuturnya.
Olahraga golf sendiri menurutnya dapat dimainkan siapa saja, dari berbagai kalangan dan usia, hingga postur tubuh. Termasuk perempuan, menurutnya sah-sah saja bilabermain golf. Apalagi, keberadaan atlet-atlet golf perempuan di Kaltim relative sedikit. Sehingga masih bias menjadi potensi bibit-bibit atlet Kaltim di masa depan.
“Perempuan bisa main golf. Peluang golfer perempuan cukup besar,” katanya.
Diterangkannya, ada banyak hal yang perlu dipersiapkan sebelum bermain golf. Agar, permainan yang dihasilkan merupakan yang terbaik. Di antaranya, perlu mempersiapkan stamina dan mental yang bagus. Termasuk kemampuan menguasai emosi dan teknik saat di lapangan. Terutama dalam mengikuti suatu turnamen.
“Bagi saya, sehari sebelum turnamen digelar, perlu melakukan refreshing untuk menenangkan diri. Karena kondisi mood yang jelek dapat memengaruhi permainan menjadi jelek pula,” urai Nisa.
Hal ini pernah dirasakannya saat mengikuti turnamen sehingga permainannya menjadi jelek. Namun, dia memiliki trik tersendiri untuk mengatasinya. “Biasanya kalau sudah seperti itu, saya akan menyendiri sembari mendengarkan lagu,” tegas Nisa yang telah membawa pulang dua sepeda motor melalui keikutsertaannya di turnamen. (luk)
BAGI Nisa, golf bukan lagi sekadar olahraga atau hobi. Melainkan telah menjadi suatu kebutuhan. Baginya, satu pekan saja tidak menginjakkan kaki di green, rasanya ada yang kurang. Dia menyebut ada banyak manfaat yang dirasakan melalui golf. Di antaranya, golf melatih kemandirian, kedisiplinan, perhitungan, komunikasi, bahkan pergaulan.
“Hal-hal tersebut sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu tepat bila ayah saya meminta saya bermain golf agar saya bias mandiri demi masa depan,” terang Nisa.
Terkait anggapan bahwa golf merupakan olahraga orang kaya, dia secara tegas menampiknya. Buktinya, dia bias memainkannya padahal bukan berasal dari keluarga kaya. Dikatakannya, permainan golf di Bontang terbilang murah bila dibandingkan di luar Bontang terutama di kota-kota besar. Keberadaan dua padang golf yaitu Sintuk dan Badak, semestinya dapat dimanfaatkan optimal oleh putra-putri Bontang untuk mengasah kemampuan golf.
“Menurut saya, di antara padang golf di Kaltim, padang golf Sintuk adalah yang terbaik. Tapi di antar apadang golf yang pernah saya datangi, padang golf di Jakarta yang terbaik. Par-nya panjang,” tuturnya.
Olahraga golf sendiri menurutnya dapat dimainkan siapa saja, dari berbagai kalangan dan usia, hingga postur tubuh. Termasuk perempuan, menurutnya sah-sah saja bilabermain golf. Apalagi, keberadaan atlet-atlet golf perempuan di Kaltim relative sedikit. Sehingga masih bias menjadi potensi bibit-bibit atlet Kaltim di masa depan.
“Perempuan bisa main golf. Peluang golfer perempuan cukup besar,” katanya.
Diterangkannya, ada banyak hal yang perlu dipersiapkan sebelum bermain golf. Agar, permainan yang dihasilkan merupakan yang terbaik. Di antaranya, perlu mempersiapkan stamina dan mental yang bagus. Termasuk kemampuan menguasai emosi dan teknik saat di lapangan. Terutama dalam mengikuti suatu turnamen.
“Bagi saya, sehari sebelum turnamen digelar, perlu melakukan refreshing untuk menenangkan diri. Karena kondisi mood yang jelek dapat memengaruhi permainan menjadi jelek pula,” urai Nisa.
Hal ini pernah dirasakannya saat mengikuti turnamen sehingga permainannya menjadi jelek. Namun, dia memiliki trik tersendiri untuk mengatasinya. “Biasanya kalau sudah seperti itu, saya akan menyendiri sembari mendengarkan lagu,” tegas Nisa yang telah membawa pulang dua sepeda motor melalui keikutsertaannya di turnamen. (luk)