Mulai Minggu, 17 November 2013, rubrik SOSOK yang hadir sebagai berita feature di halaman 1 Bontang Post berubah wujud. Kini, rubrik yang hampir selalu kugarap tersebut telah berevolusi menjadi rubrik baru yang lebih keren, yang kuberi nama PEOPLE. Bedanya, rubrik ini tampil satu halaman penuh dan tidak terbatas pada sosok sukses atau menginspirasi. Beritanya pun tampil lebih banyak, tiga berita dari sudut pandang yang berbeda. Siapapun bisa hadir dalam rubrik ini, terutama yang bersifat profesi. Nah, pada edisi perdananya, aku menjadikan Dokter Badi, seorang dokter kandungan teladan di Bontang sebagai tokoh pertama untuk rubrik PEOPLE.
PERINGATAN!!!
DILARANG KERAS MENYALIN TULISAN INI TANPA SEIZIN PENULIS.
DILARANG KERAS MENYALIN TULISAN INI TANPA SEIZIN PENULIS.
Dr Fakhruzzabadi, MKes, Sp OG
Siap Operasi di Tengah Malam
Kamis (14/11) malam itu, Fakruzzabadi atau yang akrab dipanggil Badi tengah bermain futsal bersama rekan-rekannya di salah satu lapangan futsal di Kota Taman. Sekira pukul 22.00 Wita, dia mesti mengakhiri permainannya setelah mendapat telepon ada pasien darurat yang akan segera melahirkan.
LUKMAN MAULANA, Bontang
Siap Operasi di Tengah Malam
Kamis (14/11) malam itu, Fakruzzabadi atau yang akrab dipanggil Badi tengah bermain futsal bersama rekan-rekannya di salah satu lapangan futsal di Kota Taman. Sekira pukul 22.00 Wita, dia mesti mengakhiri permainannya setelah mendapat telepon ada pasien darurat yang akan segera melahirkan.
LUKMAN MAULANA, Bontang
Segera saja Badi bergerak ke RS LNG Badak KSO BP di kompleks PT Badak NGL untuk menjalankan tugasnya sebagai dokter spesialis kandungan Operasi pun dilakukan sekira pukul 00.00 Wita yang begitu menguras tenaga Badi. Pasalnya, pasien yang ditanganinya tengah malam itu selain masalah persalinan dengan janin kondisi darurat, tetapi juga terdapat miom dalam rahimnya. Syukurlah operasi berjalan lancar dan bayi berjenis kelamin perempuan yang lahir malam itu berhasil terselamatkan.
“Setelah operasi selesai, saya pulang ke rumah sekira pukul 01.00 Wita untuk istirahat. Karena paginya, saya harus kembali bekerja mulai pagi hari,” kisah Badi.
Rutinitas seperti ini memang sudah menjadi keseharian dari ayah dua anak ini. Di luar jadwal rutinnya di rumah sakit, dia dituntut dapat siap siaga selama 24 jam bila terdapat kasus-kasus darurat yang dikenal dengan istilah cito. Baik di waktu istirahat atau di hari liburnya, menjadi suatu keharusan sebagai dokter spesialis kandungan untuk dapat menangani operasi kapanpun terjadi.
Jumat (15/11) keesokan harinya, sekira pukul 07.00 Wita, Badi berangkat ke RS LNG Badak KSO BP mengendarai mobilnya. Meskipun kurang istirahat akibat menangani pasien darurat, dia dituntut tampil dalam kondisi yang prima di hadapan pasien. Setibanya di rumah sakit, Badi memulai rutinitas pertamanya, visite, yaitu mengunjungi pasien-pasien kebidanan dan kandungan yang rawat inap usai melahirkan. Termasuk pasien yang ditanganinya tengah malam kemarin.
“Saya harus mengontrol kondisi pasien, dan memastikan mereka dalam kondisi yang baik. Dari pemeriksaan tersebut, saya memberikan saran-saran dan petunjuk yang perlu dilakukan perawat. Alhamdulillah kondisi pasien baik-baik saja,” sebutnya.
Dokter Badi berpraktik sebagai dokter spesialis kandungan atau obstetri dan gynekologi (obgyn) sejak tiga tahun lalu. Sehari-harinya dia berpraktik di dua rumah sakit yaitu RS LNG Badak KSO BP dan RS Amalia. Di RS LNG Badak KSO BP, jadwalnya mulai pukul 07.00 Wita sampai sore 16.00 Wita. Sementara praktik malam di RS Amalia dimulai pukul 19.00 Wita sampai 23.00 Wita. Kegiatannya di antaranya pemeriksaan ibu hamil, kelainan organ reproduksi, gangguan haid, keputihan, dan lain-lain.
“Dalam satu hari saya bisa melayani puluhan pasien praktik. Setiap pasien memiliki pengalaman berbeda, sehingga setiap pasien selalu spesial,” ujar Badi.
Dia pun menangani operasi melahirkan, baik itu operasi elektif atau terencana dan operasi darurat atau cito. Operasi sesar, serta operasi tumor kandungan seperti mioma atau kista sudah menjadi makanannya sehari-hari. Dalam satu hari, rata-rata ada 1 sampai 2 operasi yang dilakukannya bersama tim operasi yang terdiri dari dokter spesialis anak, spesiais anestesi, dibantu empat orang perawat.
“Untuk operasi ini memang tidak setiap hari terjadi. Bahkan pernah terjadi bentrok waktu operasi, karena ada dua pasien yang akan melahirkan dalam waktu yang berdekatan. Di sini saya mesti pandai-pandai dalam membagi waktu,” bebernya.
Selain praktik medis, Badi juga menyempatkan waktunya menjadi narasumber dalam ceramah dan seminar kesehatan mengenai kebidanan dan penyakit kandungan. Biasanya, hal ini dilakukannya di hari Sabtu yang merupakan hari liburnya. “Saya memberikan materi di hari Sabtu karena di hari itu saya tidak ada jadwal berpraktik,” katanya.
Dalam menjalani profesinya sebagai dokter kandungan ini, telah banyak suka duka yang dialaminya. Badi mengatakan, merupakan suatu kebahagiaan dan kebanggan tersendiri apabila bisa memberikan pelayanan kepada pasien. Terutama apabila ibu melahirkan dalam keadaan ibu dan bayi selamat serta sehat. Dukanya, waktu istirahat yang dimilikinya menjadi berkurang. Dia mengaku, sulit mengatur waktu untuk keluarga dan di hari libur.
“Terkadang saat sedang libur dan santai bersama keluarga, dia terpaksa pergi ke rumah sakit karena ada pasien dalam kondisi darurat dan harus segera dilakukan operasi,” tandasnya. (***)
“Setelah operasi selesai, saya pulang ke rumah sekira pukul 01.00 Wita untuk istirahat. Karena paginya, saya harus kembali bekerja mulai pagi hari,” kisah Badi.
Rutinitas seperti ini memang sudah menjadi keseharian dari ayah dua anak ini. Di luar jadwal rutinnya di rumah sakit, dia dituntut dapat siap siaga selama 24 jam bila terdapat kasus-kasus darurat yang dikenal dengan istilah cito. Baik di waktu istirahat atau di hari liburnya, menjadi suatu keharusan sebagai dokter spesialis kandungan untuk dapat menangani operasi kapanpun terjadi.
Jumat (15/11) keesokan harinya, sekira pukul 07.00 Wita, Badi berangkat ke RS LNG Badak KSO BP mengendarai mobilnya. Meskipun kurang istirahat akibat menangani pasien darurat, dia dituntut tampil dalam kondisi yang prima di hadapan pasien. Setibanya di rumah sakit, Badi memulai rutinitas pertamanya, visite, yaitu mengunjungi pasien-pasien kebidanan dan kandungan yang rawat inap usai melahirkan. Termasuk pasien yang ditanganinya tengah malam kemarin.
“Saya harus mengontrol kondisi pasien, dan memastikan mereka dalam kondisi yang baik. Dari pemeriksaan tersebut, saya memberikan saran-saran dan petunjuk yang perlu dilakukan perawat. Alhamdulillah kondisi pasien baik-baik saja,” sebutnya.
Dokter Badi berpraktik sebagai dokter spesialis kandungan atau obstetri dan gynekologi (obgyn) sejak tiga tahun lalu. Sehari-harinya dia berpraktik di dua rumah sakit yaitu RS LNG Badak KSO BP dan RS Amalia. Di RS LNG Badak KSO BP, jadwalnya mulai pukul 07.00 Wita sampai sore 16.00 Wita. Sementara praktik malam di RS Amalia dimulai pukul 19.00 Wita sampai 23.00 Wita. Kegiatannya di antaranya pemeriksaan ibu hamil, kelainan organ reproduksi, gangguan haid, keputihan, dan lain-lain.
“Dalam satu hari saya bisa melayani puluhan pasien praktik. Setiap pasien memiliki pengalaman berbeda, sehingga setiap pasien selalu spesial,” ujar Badi.
Dia pun menangani operasi melahirkan, baik itu operasi elektif atau terencana dan operasi darurat atau cito. Operasi sesar, serta operasi tumor kandungan seperti mioma atau kista sudah menjadi makanannya sehari-hari. Dalam satu hari, rata-rata ada 1 sampai 2 operasi yang dilakukannya bersama tim operasi yang terdiri dari dokter spesialis anak, spesiais anestesi, dibantu empat orang perawat.
“Untuk operasi ini memang tidak setiap hari terjadi. Bahkan pernah terjadi bentrok waktu operasi, karena ada dua pasien yang akan melahirkan dalam waktu yang berdekatan. Di sini saya mesti pandai-pandai dalam membagi waktu,” bebernya.
Selain praktik medis, Badi juga menyempatkan waktunya menjadi narasumber dalam ceramah dan seminar kesehatan mengenai kebidanan dan penyakit kandungan. Biasanya, hal ini dilakukannya di hari Sabtu yang merupakan hari liburnya. “Saya memberikan materi di hari Sabtu karena di hari itu saya tidak ada jadwal berpraktik,” katanya.
Dalam menjalani profesinya sebagai dokter kandungan ini, telah banyak suka duka yang dialaminya. Badi mengatakan, merupakan suatu kebahagiaan dan kebanggan tersendiri apabila bisa memberikan pelayanan kepada pasien. Terutama apabila ibu melahirkan dalam keadaan ibu dan bayi selamat serta sehat. Dukanya, waktu istirahat yang dimilikinya menjadi berkurang. Dia mengaku, sulit mengatur waktu untuk keluarga dan di hari libur.
“Terkadang saat sedang libur dan santai bersama keluarga, dia terpaksa pergi ke rumah sakit karena ada pasien dalam kondisi darurat dan harus segera dilakukan operasi,” tandasnya. (***)
Lulusan Terbaik yang Berjiwa Sosial
SPESIALIS Kandungan menjadi pilihan yang diambilnya usai menyelesaikan pendidikan dokter umum di Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin dengan predikat lulusan terbaik 2005. Alasannya memilih spesialis kandungan atau obstetri dan ginekologi (obgyn) tersebut karena di bidang ini praktiknya menitikberatkan pada berbagai jenis tindakan pada pasien. Menurutnya, menjadi dokter spesialis kandungan memberinya banyak tantangan karena setiap pasien memiliki kasus yang berbeda, sehingga berbeda pula cara penanganannya.
“Untuk masalah kandungan ini sangat kompleks. Saya memilih spesialisasi ini selain menyukai tindakan, juga dapat berinteraksi dengan banyak pasien,” tutur Badi.
Pendidikan dokter spesialis ini diambilnya di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, bersama dengan pendidikan S2 Magister Kesehatan. Saat lulus di 2011, suami dari dr Yuniarti Arbain ini terpilih menjadi alumni terbaik program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran (FK) Unhas serta lulusan terbaik program Pascasarjana Unhas.
Di tahun 2012, dia menerima penghargaan nasional Tajuluddin Awards yang ditujukan bagi lulusan SpOG (Spesialis Obstertri dan Ginekologi) nasional pada PIT POGI di Bali 2012. Karena prestasinya tersebut, dia lantas mendapat tawaran meneruskan pendidikan dokter spesialis kandungan di luar negeri. Namun tawaran ini ditolaknya, karena dia ingin mengabdikan diri untuk kota kelahirannya, Bontang.
“Bagi saya penghargaan atas prestasi ilmu tersebut bukanlah yang utama. Tapi yang terpenting adalah, dengan ilmu itu bisa bermanfaat untuk banyak orang. Terutama bagi masyarakat Bontang,” ucapnya.
Sebagai bentuk pengabdian demi melayani masyarakat, Badi tidak terlalu mengutamakan materi dalam berpraktik. Dia dikenal memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dalam beberapa kasus, dia tidak mengenakan biaya atas pemeriksaan kandungan. Terutama pada masyarakat yang kurang mampu. Karena menurutnya, apabila dikenakan biaya, dikhawatirkan mereka tidak akan mau lagi memeriksakan diri ke dokter kandungan. Sehingga, dapat berpengaruh pada kesehatan ibu dan janin.
“Memang uang menjadi imbalan dalam pekerjaan seorang dokter. Ada kalanya saya membutuhkan itu. Tapi bagi saya yang terpenting adalah keselamatan pasien. Bagi saya setiap orang punya rezeki mereka masing-masing,” kata pria kelahiran Bontang, 34 tahun lalu ini.
Dengan rutinitas yang padat, membuat waktu Badi untuk berkumpul bersama keluarga menjadi terbatas. Namun hal ini tidak dipermasalahkan keluarga, terutama sang istri yang selama ini selalu memberinya dukungan. Bahkan sang istrilah yang mendorongnya untuk menjadi seorang dokter spesialis kandungan. “Istri saya juga seorang dokter, jadi dia sudah paham dengan kesibukan sehari-hari saya,” katanya. Saat libur, Badi kerap menghabiskan waktu bersama keluarganya dengan menyalurkan hobinya menyanyi di salah satu tempat karaoke di Kota Taman.
Berbagai pengalaman menangani kelahiran memang telah dihadapinya selama berpraktik dokter kandungan. Terutama kesulitan-kesulitan operasi misalnya pasien yang ditangani mengalami pendarahan atau alergi. Namun di antara berbagai pengalaman tersebut, salah satu yang paling berkesan adalah saat harus melakukan operasi caesar pada istri sendiri saat kelahiran anak keduanya, Fauzan Rizki Ramadhan 2012 silam. Saat melakukan operasi tersebut, dia dilanda stres dengan tingkat yang tinggi.
“Kalau operasi istri orang lain rasanya bisa. Tapi saat operasi istri sendiri sangat menegangkan dan merupakan keharusan. Karena demi menyelamatkan istri dan anak sendiri,” beber penggemar ikan bawis dan bebek goreng ini. (luk)
SPESIALIS Kandungan menjadi pilihan yang diambilnya usai menyelesaikan pendidikan dokter umum di Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin dengan predikat lulusan terbaik 2005. Alasannya memilih spesialis kandungan atau obstetri dan ginekologi (obgyn) tersebut karena di bidang ini praktiknya menitikberatkan pada berbagai jenis tindakan pada pasien. Menurutnya, menjadi dokter spesialis kandungan memberinya banyak tantangan karena setiap pasien memiliki kasus yang berbeda, sehingga berbeda pula cara penanganannya.
“Untuk masalah kandungan ini sangat kompleks. Saya memilih spesialisasi ini selain menyukai tindakan, juga dapat berinteraksi dengan banyak pasien,” tutur Badi.
Pendidikan dokter spesialis ini diambilnya di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, bersama dengan pendidikan S2 Magister Kesehatan. Saat lulus di 2011, suami dari dr Yuniarti Arbain ini terpilih menjadi alumni terbaik program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran (FK) Unhas serta lulusan terbaik program Pascasarjana Unhas.
Di tahun 2012, dia menerima penghargaan nasional Tajuluddin Awards yang ditujukan bagi lulusan SpOG (Spesialis Obstertri dan Ginekologi) nasional pada PIT POGI di Bali 2012. Karena prestasinya tersebut, dia lantas mendapat tawaran meneruskan pendidikan dokter spesialis kandungan di luar negeri. Namun tawaran ini ditolaknya, karena dia ingin mengabdikan diri untuk kota kelahirannya, Bontang.
“Bagi saya penghargaan atas prestasi ilmu tersebut bukanlah yang utama. Tapi yang terpenting adalah, dengan ilmu itu bisa bermanfaat untuk banyak orang. Terutama bagi masyarakat Bontang,” ucapnya.
Sebagai bentuk pengabdian demi melayani masyarakat, Badi tidak terlalu mengutamakan materi dalam berpraktik. Dia dikenal memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dalam beberapa kasus, dia tidak mengenakan biaya atas pemeriksaan kandungan. Terutama pada masyarakat yang kurang mampu. Karena menurutnya, apabila dikenakan biaya, dikhawatirkan mereka tidak akan mau lagi memeriksakan diri ke dokter kandungan. Sehingga, dapat berpengaruh pada kesehatan ibu dan janin.
“Memang uang menjadi imbalan dalam pekerjaan seorang dokter. Ada kalanya saya membutuhkan itu. Tapi bagi saya yang terpenting adalah keselamatan pasien. Bagi saya setiap orang punya rezeki mereka masing-masing,” kata pria kelahiran Bontang, 34 tahun lalu ini.
Dengan rutinitas yang padat, membuat waktu Badi untuk berkumpul bersama keluarga menjadi terbatas. Namun hal ini tidak dipermasalahkan keluarga, terutama sang istri yang selama ini selalu memberinya dukungan. Bahkan sang istrilah yang mendorongnya untuk menjadi seorang dokter spesialis kandungan. “Istri saya juga seorang dokter, jadi dia sudah paham dengan kesibukan sehari-hari saya,” katanya. Saat libur, Badi kerap menghabiskan waktu bersama keluarganya dengan menyalurkan hobinya menyanyi di salah satu tempat karaoke di Kota Taman.
Berbagai pengalaman menangani kelahiran memang telah dihadapinya selama berpraktik dokter kandungan. Terutama kesulitan-kesulitan operasi misalnya pasien yang ditangani mengalami pendarahan atau alergi. Namun di antara berbagai pengalaman tersebut, salah satu yang paling berkesan adalah saat harus melakukan operasi caesar pada istri sendiri saat kelahiran anak keduanya, Fauzan Rizki Ramadhan 2012 silam. Saat melakukan operasi tersebut, dia dilanda stres dengan tingkat yang tinggi.
“Kalau operasi istri orang lain rasanya bisa. Tapi saat operasi istri sendiri sangat menegangkan dan merupakan keharusan. Karena demi menyelamatkan istri dan anak sendiri,” beber penggemar ikan bawis dan bebek goreng ini. (luk)
USG Bukan Cuma Buat Lihat Kelamin Bayi
Dokter Kandungan Laki-Laki Tidak Masalah
ULTRASONOGRAFI atau disingkat USG menjadi alat wajib bagi Badi dalam memeriksa pasien. Melalui alat ini, dia bisa memeriksa kondisi kandungan dan kehamilan pasien dengan lebih jelas. Menurutnya, selama ini telah terjadi kesalahpahaman yang berkembang di masyarakat bahwa USG hanya untuk mengetahui jenis kelamin bayi. Padahal, melalui pemeriksaan dengan mesin ini, sangat berguna dalam menyelamatkan nyawa bayi.
“Saya agak kesal bila ada pasien yang melakukan pemeriksaan USG hanya untuk mengetahui apakah bayinya laki-laki atau perempuan. Padahal semestinya USG ini untuk pemeriksaan kondisi kehamilan. Mulai dari posisi bayi di kandunga hingga kelainan-kelainan yang mungkin terjadi. Dari sini dapat dilakukan tindakan yang akan diambil,” jelasnya.
Melalui USG memang dapat diketahui jenis kelamin bayi. Bahkan sejak kehamilan berusia 14 minggu, jenis kelamin ini dapat diketahui melalui gambar pencitraan yang ditampilkan di USG. Untuk jenis USG ini dia memaparkan, terdapat USG dua dimensi, tiga dimensi, hingga empat dimensi. Yang paling canggih adalah USG empat dimensi karena dapat diketahui kondisi bayi secara lebih komprehensif.
“Pemeriksaan USG ini aman bagi pasien maupun bagi janin. Karena USG menggunakan gelombang suara yang dipantulkan, bukan menggunakan radiasi,” urai Badi.
Sebagai dokter spesialis kandungan, perempuan menjadi pasien utama yang ditanganinya. Bahkan, pemeriksaan yang dilakukannya meliputi organ reproduksi perempuan yang merupakan organ intim. Meski begitu Badi mengatakan, terdapat etika yang dipegang teguh olehnya dan juga para dokter spesialis kandungan laki-laki lainnya. Ketika melakukan pemeriksaan, yang dilakukannya murni memeriksa kondisi kandungan pasien.
“Sama sekali tidak terbersit pikiran negatif ketika memeriksa. Karena memang yang saya lakukan adalah murni pemeriksaan untuk mengetahui kondisi pasien,” akunya.
Menurutnya, jenis kelamin seorang dokter spesialis tidak perlu dipermasalahkan. Karena yang terpenting adalah pelayanan yang diberikan dokter tersebut kepada pasien. Belum tentu seorang dokter perempuan dapat memberikan pelayanan yang lebih prima dibandingkan dokter laki-laki. Bahkan dari tiga dokter spesialis yang ada di Bontang, semuanya merupakan dokter yang berjenis kelamin laki-laki.
“Memang banyak yang malu dan enggan memeriksakan diri ke dokter kandungan karena rasa malu. Tapi rasa malu ini perlu dihilangkan sejenak, karena demi kesehatan diri sendiri. Terutama pemeriksaan pap smear yang berguna untuk mengetahui penyakit kanker. Selain itu belum tentu juga tidak malu walaupun dokternya sama-sama perempuan,” tegasnya. (luk)
Dokter Kandungan Laki-Laki Tidak Masalah
ULTRASONOGRAFI atau disingkat USG menjadi alat wajib bagi Badi dalam memeriksa pasien. Melalui alat ini, dia bisa memeriksa kondisi kandungan dan kehamilan pasien dengan lebih jelas. Menurutnya, selama ini telah terjadi kesalahpahaman yang berkembang di masyarakat bahwa USG hanya untuk mengetahui jenis kelamin bayi. Padahal, melalui pemeriksaan dengan mesin ini, sangat berguna dalam menyelamatkan nyawa bayi.
“Saya agak kesal bila ada pasien yang melakukan pemeriksaan USG hanya untuk mengetahui apakah bayinya laki-laki atau perempuan. Padahal semestinya USG ini untuk pemeriksaan kondisi kehamilan. Mulai dari posisi bayi di kandunga hingga kelainan-kelainan yang mungkin terjadi. Dari sini dapat dilakukan tindakan yang akan diambil,” jelasnya.
Melalui USG memang dapat diketahui jenis kelamin bayi. Bahkan sejak kehamilan berusia 14 minggu, jenis kelamin ini dapat diketahui melalui gambar pencitraan yang ditampilkan di USG. Untuk jenis USG ini dia memaparkan, terdapat USG dua dimensi, tiga dimensi, hingga empat dimensi. Yang paling canggih adalah USG empat dimensi karena dapat diketahui kondisi bayi secara lebih komprehensif.
“Pemeriksaan USG ini aman bagi pasien maupun bagi janin. Karena USG menggunakan gelombang suara yang dipantulkan, bukan menggunakan radiasi,” urai Badi.
Sebagai dokter spesialis kandungan, perempuan menjadi pasien utama yang ditanganinya. Bahkan, pemeriksaan yang dilakukannya meliputi organ reproduksi perempuan yang merupakan organ intim. Meski begitu Badi mengatakan, terdapat etika yang dipegang teguh olehnya dan juga para dokter spesialis kandungan laki-laki lainnya. Ketika melakukan pemeriksaan, yang dilakukannya murni memeriksa kondisi kandungan pasien.
“Sama sekali tidak terbersit pikiran negatif ketika memeriksa. Karena memang yang saya lakukan adalah murni pemeriksaan untuk mengetahui kondisi pasien,” akunya.
Menurutnya, jenis kelamin seorang dokter spesialis tidak perlu dipermasalahkan. Karena yang terpenting adalah pelayanan yang diberikan dokter tersebut kepada pasien. Belum tentu seorang dokter perempuan dapat memberikan pelayanan yang lebih prima dibandingkan dokter laki-laki. Bahkan dari tiga dokter spesialis yang ada di Bontang, semuanya merupakan dokter yang berjenis kelamin laki-laki.
“Memang banyak yang malu dan enggan memeriksakan diri ke dokter kandungan karena rasa malu. Tapi rasa malu ini perlu dihilangkan sejenak, karena demi kesehatan diri sendiri. Terutama pemeriksaan pap smear yang berguna untuk mengetahui penyakit kanker. Selain itu belum tentu juga tidak malu walaupun dokternya sama-sama perempuan,” tegasnya. (luk)
6-_people.pdf |