PERINGATAN!!!
DILARANG KERAS MENYALIN TULISAN INI TANPA SEIZIN PENULIS.
DILARANG KERAS MENYALIN TULISAN INI TANPA SEIZIN PENULIS.
Briptu Luluk Femina Purwaningrum
Antar STNK dan Ibu Hamil Sekaligus
Super aktif. Mungkin frasa itu tepat dialamatkan bagi sosok polisi wanita (polwan) yang akrab dipanggil Luluk ini. Bagaimana tidak, berbagai kesibukan dilakoninya baik dalam profesinya, maupun kegiatan-kegiatan di luar tugas kepolisian.
LUKMAN MAULANA, Bontang
Antar STNK dan Ibu Hamil Sekaligus
Super aktif. Mungkin frasa itu tepat dialamatkan bagi sosok polisi wanita (polwan) yang akrab dipanggil Luluk ini. Bagaimana tidak, berbagai kesibukan dilakoninya baik dalam profesinya, maupun kegiatan-kegiatan di luar tugas kepolisian.
LUKMAN MAULANA, Bontang
Pagi-pagi sekali, mulai pukul 06.00 Wita, Luluk mulai mengawali kesehariannya sebagai polwan dan juga sebagai ibu rumah tangga. Profesinya diawali dengan apel pagi di lapangan Lalu Lintas. Selepas apel, dia terlebih dulu mengantar putranya Abid Ramadhan Iskandar bersekolah ke TK IT Yabis. Setelah itu, pukul 06.30 Wita dia sudah mulai turun di jalan, untuk menjaga ketertiban lalu lintas pagi itu. Baru kemudian pada 07.30 Wita, dia mulai menjalani tugas utamanya sebagai petugas pelayanan di Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) Bontang.
“Di sini tugas saya menerima pendaftaran dari masyarakat yang ingin mengurus surat-surat kepemilikan kendaraan bermotor,” kata Luluk.
Selepas istirahat siang pukul 12.00 Wita hingga pukul 13.00 Wita, tugas Luluk membuat laporan bulanan, yang nantinya akan dilaporkan ke Polda Kaltim. Kemudian, mempersiapkan apel siang di Polres pukul 14.30 Wita. Setelah urutan pekerjaannya tersebut terpenuhi, barulah Luluk kembali pulang ke rumahnya di asrama Polres Bontang Blok C Nomor 1. Namun kegiatannya belum berakhir di situ, karena beberapa kegiatan di lingkungan asrama turut diikutinya, seperti bermain bola voli atau kegiatan rebana.
“Saya memang suka melakukan banyak kegiatan. Saya tidak terpaku pada satu jenis pekerjaan saja. Meskipun tugas saya di bagian pendaftaran Samsat, namun saya juga ingin bisa melakukan jenis-jenis pekerjaan lain yang berhubungan dengan pekerjaan saya,” tutur perempuan kelahiran Banjarmasin, 26 tahun lalu ini.
Banyak kisah dialami Luluk sebagai petugas Samsat, dengan suka duka yang menyertainya. Sukanya, dia dapat dikenal banyak orang. Dia pun dapat memiliki banyak teman. Sementara dukanya bila ada masyarakat yang kurang sabar dalam proses pengurusan surat-surat kendaraan. Sehingga dia mesti memikirkan bagaimana caranya dapat menenangkan warga tersebut. Pernah suatu ketika ada warga yang datang dari jauh, namun setibanya di kantor Samsat, terjadi listrik padam. Alhasil, pelayanan tidak dapat dilakukan karena server turut padam.
“Masalah seperti ini di luar kemampuan kami. Setelah kami jelaskan, warga tersebut dapat memahami. Lalu kami minta alamatnya, agar nanti STNK tersebut dapat diantar apabila selesai dibuat,” ujarnya.
Memang selain bekerja di kantor, ada kalanya Luluk mesti keluar kantor untuk mengantarkan surat-surat kendaraan bermotor pada para pemiliknya. Delivery service ini berlaku bagi warga yang benar-benar tidak mampu atau tidak sempat mengambil surat-surat kendaraan yang sudah selesai dibuat. Ada pengalaman menarik ketika dia bertugas mengantar STNK, yaitu saat mengantar STNK milik janda yang tengah hamil tua di Bontang Lestari.
“Ada seorang ibu yang ditinggal mati suaminya saat kandungan berumur empat bulan. Ibu ini menelepon saya, meminta agar STNK dapat diantar karena dia tidak mampu mengambilnya. Ketika saya datang rupanya sudah masuk saat-saat melahirkan, ketubannya sudah pecah. Saya lalu mengantarnya ke RSUD, sampai akhirnya melahirkan di sana,” kenangnya. (***)
“Di sini tugas saya menerima pendaftaran dari masyarakat yang ingin mengurus surat-surat kepemilikan kendaraan bermotor,” kata Luluk.
Selepas istirahat siang pukul 12.00 Wita hingga pukul 13.00 Wita, tugas Luluk membuat laporan bulanan, yang nantinya akan dilaporkan ke Polda Kaltim. Kemudian, mempersiapkan apel siang di Polres pukul 14.30 Wita. Setelah urutan pekerjaannya tersebut terpenuhi, barulah Luluk kembali pulang ke rumahnya di asrama Polres Bontang Blok C Nomor 1. Namun kegiatannya belum berakhir di situ, karena beberapa kegiatan di lingkungan asrama turut diikutinya, seperti bermain bola voli atau kegiatan rebana.
“Saya memang suka melakukan banyak kegiatan. Saya tidak terpaku pada satu jenis pekerjaan saja. Meskipun tugas saya di bagian pendaftaran Samsat, namun saya juga ingin bisa melakukan jenis-jenis pekerjaan lain yang berhubungan dengan pekerjaan saya,” tutur perempuan kelahiran Banjarmasin, 26 tahun lalu ini.
Banyak kisah dialami Luluk sebagai petugas Samsat, dengan suka duka yang menyertainya. Sukanya, dia dapat dikenal banyak orang. Dia pun dapat memiliki banyak teman. Sementara dukanya bila ada masyarakat yang kurang sabar dalam proses pengurusan surat-surat kendaraan. Sehingga dia mesti memikirkan bagaimana caranya dapat menenangkan warga tersebut. Pernah suatu ketika ada warga yang datang dari jauh, namun setibanya di kantor Samsat, terjadi listrik padam. Alhasil, pelayanan tidak dapat dilakukan karena server turut padam.
“Masalah seperti ini di luar kemampuan kami. Setelah kami jelaskan, warga tersebut dapat memahami. Lalu kami minta alamatnya, agar nanti STNK tersebut dapat diantar apabila selesai dibuat,” ujarnya.
Memang selain bekerja di kantor, ada kalanya Luluk mesti keluar kantor untuk mengantarkan surat-surat kendaraan bermotor pada para pemiliknya. Delivery service ini berlaku bagi warga yang benar-benar tidak mampu atau tidak sempat mengambil surat-surat kendaraan yang sudah selesai dibuat. Ada pengalaman menarik ketika dia bertugas mengantar STNK, yaitu saat mengantar STNK milik janda yang tengah hamil tua di Bontang Lestari.
“Ada seorang ibu yang ditinggal mati suaminya saat kandungan berumur empat bulan. Ibu ini menelepon saya, meminta agar STNK dapat diantar karena dia tidak mampu mengambilnya. Ketika saya datang rupanya sudah masuk saat-saat melahirkan, ketubannya sudah pecah. Saya lalu mengantarnya ke RSUD, sampai akhirnya melahirkan di sana,” kenangnya. (***)
Dua Kali Gagal, Wujudkan Impian Bunda
Menjadi seorang polwan merupakan cita-cita Luluk sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Di matanya, sosok polwan begitu gagah dan keren, disegani masyarakat, serta lebih berwibawa. Selain itu, dia ingin mewujudkan impian sang ibu yang bercita-cita menjadi polwan, namun gagal meraihnya.
Meski begitu perjalanan Luluk menjadi polwan tidaklah mudah. Dia dua kali gagal dalam ujian penerimaan polisi selepas menamatkan SMA di 2004. Namun Luluk tidak menyerah, dia masih tetap menyimpan ambisinya bekerja di korps Bhayangkara tersebut. Sembari menunggu penerimaan anggota baru setahun berikutnya, dia sempat bekerja di salah satu bank swasta di Jogjakarta.
“Akhirnya saya berhasil lulus ujian di 2006, dan selepas pendidikan langsung ditempatkan di Bontang. Saat itu rasanya sangat bahagia, saya langsung gelar syukuran,” kenang istri dari Lukman Iskandar ini.
Di Bontang, dia ditempatkan sebagai Provost selama lima tahun. Dia sempat menjadi ajudan Ketua DRPD Bontang Neni Moerniaeni yang kala itu mencalonkan diri dalam Pemilihan Wali Kota. Sikapnya yang supel dan bersahabat pada masyarakat, membuatnya ditempatkan di Satuan Lalu Lintas (Satlantas) di awal 2011. Di sini, Luluk menjadi petugas pelayanan di Samsat Bontang yang dilakoninya hingga sekarang.
“Saya sempat dilanda jenuh memasuki tahun keenam di Provost. Namun setelah dipindahkan ke Samsat, rasa jenuh itu hilang karena saya bertemu teman-teman dan suasana kerja yang baru. Selain itu saya juga menemui tantangan baru,” tutur perempuan dengan tinggi 174 sentimeter ini.
Menurutnya, kehadiran polwan sangat diperlukan di tengah masyarakat. Dalam hal ini, polwan memiliki kesabaran yang lebih dibandingkan polisi laki-laki. Apalagi dalam menghadapi masyarakat yang keras, misalnya dalam suatu unjuk rasa atau demonstrasi.
Dalam menjalani hidupnya, Luluk berprinsip tidak ingin mengganggu kehidupan orang lain, karena dirinya juga tidak ingin diusik. Sosoknya sendiri dikenal royal dan suka membantu sesama. Membantu orang lain menjadi suatu kewajiban dalam kesehariannya, sehingga mudah baginya memberikan bantuan kepada orang lain. Hal ini terkadang mendapat balasan tak terduga.
“Saya pernah membantu orang yang mengaku kekurangan uang untuk membayar pajak kendaraan karena dipersulit saat berada di bank. Penampilannya menyedihkan dengan pakaian sekadarnya dan bersandal jepit, seperti orang kurang mampu. Saya lantas menambahkan kekurangan pembayaran orang tersebut. Keesokan harinya orang itu datang ke rumah, membawa jagung dan bawang masing-masing sekarung. Rupanya dia sebenarnya orang berada, dan ingin mengucapkan terima kasih karena telah dibantu,” kisah Lulu. Jagung yang didapatkannya itu lantas dibagi-bagikannya kepada para tetangga. (luk)
Menjadi seorang polwan merupakan cita-cita Luluk sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Di matanya, sosok polwan begitu gagah dan keren, disegani masyarakat, serta lebih berwibawa. Selain itu, dia ingin mewujudkan impian sang ibu yang bercita-cita menjadi polwan, namun gagal meraihnya.
Meski begitu perjalanan Luluk menjadi polwan tidaklah mudah. Dia dua kali gagal dalam ujian penerimaan polisi selepas menamatkan SMA di 2004. Namun Luluk tidak menyerah, dia masih tetap menyimpan ambisinya bekerja di korps Bhayangkara tersebut. Sembari menunggu penerimaan anggota baru setahun berikutnya, dia sempat bekerja di salah satu bank swasta di Jogjakarta.
“Akhirnya saya berhasil lulus ujian di 2006, dan selepas pendidikan langsung ditempatkan di Bontang. Saat itu rasanya sangat bahagia, saya langsung gelar syukuran,” kenang istri dari Lukman Iskandar ini.
Di Bontang, dia ditempatkan sebagai Provost selama lima tahun. Dia sempat menjadi ajudan Ketua DRPD Bontang Neni Moerniaeni yang kala itu mencalonkan diri dalam Pemilihan Wali Kota. Sikapnya yang supel dan bersahabat pada masyarakat, membuatnya ditempatkan di Satuan Lalu Lintas (Satlantas) di awal 2011. Di sini, Luluk menjadi petugas pelayanan di Samsat Bontang yang dilakoninya hingga sekarang.
“Saya sempat dilanda jenuh memasuki tahun keenam di Provost. Namun setelah dipindahkan ke Samsat, rasa jenuh itu hilang karena saya bertemu teman-teman dan suasana kerja yang baru. Selain itu saya juga menemui tantangan baru,” tutur perempuan dengan tinggi 174 sentimeter ini.
Menurutnya, kehadiran polwan sangat diperlukan di tengah masyarakat. Dalam hal ini, polwan memiliki kesabaran yang lebih dibandingkan polisi laki-laki. Apalagi dalam menghadapi masyarakat yang keras, misalnya dalam suatu unjuk rasa atau demonstrasi.
Dalam menjalani hidupnya, Luluk berprinsip tidak ingin mengganggu kehidupan orang lain, karena dirinya juga tidak ingin diusik. Sosoknya sendiri dikenal royal dan suka membantu sesama. Membantu orang lain menjadi suatu kewajiban dalam kesehariannya, sehingga mudah baginya memberikan bantuan kepada orang lain. Hal ini terkadang mendapat balasan tak terduga.
“Saya pernah membantu orang yang mengaku kekurangan uang untuk membayar pajak kendaraan karena dipersulit saat berada di bank. Penampilannya menyedihkan dengan pakaian sekadarnya dan bersandal jepit, seperti orang kurang mampu. Saya lantas menambahkan kekurangan pembayaran orang tersebut. Keesokan harinya orang itu datang ke rumah, membawa jagung dan bawang masing-masing sekarung. Rupanya dia sebenarnya orang berada, dan ingin mengucapkan terima kasih karena telah dibantu,” kisah Lulu. Jagung yang didapatkannya itu lantas dibagi-bagikannya kepada para tetangga. (luk)
Bawa Pulang Empat Motor
ADA banyak hobi yang digeluti Luluk di luar jam kerjanya sebagai polwan. Di antaranya berolahraga bola voli yang ditekuninya sejak duduk di bangku SMP hingga kini. Hampir setiap hari dia bermain voli bersama para tetangga apabila tidak ada jadwal razia. Bahkan dari kegiatannya ini, dia telah banyak pergi keluar daerah.
“Sering bermain dengan sesama rekan kerja di dalam tim. Sering juga sparing melawan tim-tim bola voli dari daerah-daerah lain di Bontang,” kata Luluk.
Selain olahraga voli, Luluk juga aktif dalam kegiatan rebana di lingkungan rumahnya. Menurutnya, sangat menyenangkan memainkan rebana, sekaligus sebagai bagian dari kegiatan keagamaan. Dia juga sempat menggeluti seni tari, namun kini tidak lagi berlanjut.
Selain hobi-hobi tersebut, Luluk juga suka mengikuti berbagai jenis kegiatan yang melibatkan banyak orang. Salah satunya kegiatan jalan sehat garapan Bontang Post dan Kaltim. Selama mengikuti jalan sehat, banyak hadiah doorprize yang didapatkannya. Bahkan, dia sudah membawa pulang hadiah sepeda motor sebanyak empat kali.
“Saya juga tidak habis pikir kenapa sering dapat hadiah. Mungkin karena saya sering membantu orang lain, jadi dapat banyak rezeki yang tidak terduga-duga. Salah satunya dari doorprize,” terangnya.
Meskipun aktif di berbagai kegiatan, namun tidak membuat Luluk melupakan kodratnya sebagai istri dan seorang ibu. Dia dapat membagi waktu dengan baik antara segudang kesibukannya dengan waktu untuk keluarga. Bahkan tak jarang dia membawa serta putra semata wayangnya.
“Kadang anak saya ajak mengantar STNK atau saya ajak bermain voli. Walaupun sibuk, harus ada waktu untuk anak,” sebut Luluk.
Pun begitu dengan tugasnya sebagai seorang istri. Bersuamikan seorang polisi, membuat Luluk dan suami sama-sama memahami pekerjaan masing-masing. Keduanya saling membagi waktu untuk sang anak. Misalnya untuk mengantar anak sekolah, diserahkan pada Luluk sementara kewajiban menjemput diberikan pada sang suami.
“Kami saling tahu kegiatan masing-masing. Intinya saling percaya satu sama lain,” urai penggemar bakso yang tengah menantikan kelahiran anak keduanya ini. (luk)
ADA banyak hobi yang digeluti Luluk di luar jam kerjanya sebagai polwan. Di antaranya berolahraga bola voli yang ditekuninya sejak duduk di bangku SMP hingga kini. Hampir setiap hari dia bermain voli bersama para tetangga apabila tidak ada jadwal razia. Bahkan dari kegiatannya ini, dia telah banyak pergi keluar daerah.
“Sering bermain dengan sesama rekan kerja di dalam tim. Sering juga sparing melawan tim-tim bola voli dari daerah-daerah lain di Bontang,” kata Luluk.
Selain olahraga voli, Luluk juga aktif dalam kegiatan rebana di lingkungan rumahnya. Menurutnya, sangat menyenangkan memainkan rebana, sekaligus sebagai bagian dari kegiatan keagamaan. Dia juga sempat menggeluti seni tari, namun kini tidak lagi berlanjut.
Selain hobi-hobi tersebut, Luluk juga suka mengikuti berbagai jenis kegiatan yang melibatkan banyak orang. Salah satunya kegiatan jalan sehat garapan Bontang Post dan Kaltim. Selama mengikuti jalan sehat, banyak hadiah doorprize yang didapatkannya. Bahkan, dia sudah membawa pulang hadiah sepeda motor sebanyak empat kali.
“Saya juga tidak habis pikir kenapa sering dapat hadiah. Mungkin karena saya sering membantu orang lain, jadi dapat banyak rezeki yang tidak terduga-duga. Salah satunya dari doorprize,” terangnya.
Meskipun aktif di berbagai kegiatan, namun tidak membuat Luluk melupakan kodratnya sebagai istri dan seorang ibu. Dia dapat membagi waktu dengan baik antara segudang kesibukannya dengan waktu untuk keluarga. Bahkan tak jarang dia membawa serta putra semata wayangnya.
“Kadang anak saya ajak mengantar STNK atau saya ajak bermain voli. Walaupun sibuk, harus ada waktu untuk anak,” sebut Luluk.
Pun begitu dengan tugasnya sebagai seorang istri. Bersuamikan seorang polisi, membuat Luluk dan suami sama-sama memahami pekerjaan masing-masing. Keduanya saling membagi waktu untuk sang anak. Misalnya untuk mengantar anak sekolah, diserahkan pada Luluk sementara kewajiban menjemput diberikan pada sang suami.
“Kami saling tahu kegiatan masing-masing. Intinya saling percaya satu sama lain,” urai penggemar bakso yang tengah menantikan kelahiran anak keduanya ini. (luk)