DILARANG KERAS MENYALIN TULISAN INI TANPA SEIZIN PENULIS.
Jadikan Komunikasi Solusi Masalah
Bekerja melakukan yang terbaik, itulah yang diyakini Muhammad Nasution. Sebagai Assistant Vice President PT Indominco Mandiri, merupakan tanggung jawabnya memastikan pekerjaan tambang tak bersinggungan dengan kepentingan masyarakat.
LUKMAN MAULANA, Bontang
Pekerjaan di kantor dijalaninya mulai pukul 07.00 Wita sampai pukul 18.00 Wita. Sementara di luar pekerjaan kantor, dia mesti bertemu stakeholder-stakeholder, terutama pemerintah dan masyarakat sekitar perusahaan. Salah satunya kunjungan ke desa-desa binaan PT Indominco.
“Kunjungan para petinggi perusahaan sangat penting. Menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kepedulian kepada masyarakat. Dan masyarakat sendiri merasa rindu, serta memiliki kebanggaan tersendiri saat kami mendatangi mereka,” jelas Nasution.
Sebagai wakil Indominco pusat, tugas Nasution yaitu bagaimana membuat perusahaan berjalan dengan baik. Bagaimana melakukan kolaborasi dan elaborasi kebutuhan stakeholder, sehingga terjalin hubungan yang baik dengan perusahaan.
Dia menyebut, risiko terbesar perusahaan tambang berada dalam bidang non teknik. Berbeda dengan bidang teknik yang sudah pasti upaya penanganannya, bidang non teknik menghadapi fenomena-fenomena di masyarakat yang sulit ditebak. Di sinilah perannya dalam menjalin komunikasi intensif, dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang mesti diambil.
Komunikasi dengan Indominco pusat harus selalu dilakukan. Karena, berkaitan dengan kebijakan perusahaan yang akan diimplementasikan pada wilayah operasi Indominco di tiga daerah. Yaitu Kutai Timur (Kutim), Kutai Kartanegara (Kukar), dan Bontang. Di sini, Nasution mesti membangun komunikasi yang baik dengan pihak pemerintah, terkait kewajiban-kewajiban yang mesti ditunaikan perusahaan.
“Ada tanggung jawab yang mesti dipenuhi Indominco kepada pemerintah. Misalnya pembayaran pajak, royalti, dan retribusi,” sebutnya.
Dalam internal perusahaan, Nasution mesti memberikan arahan-arahan pada para staf untuk mempercepat program-program perusahaan. Di antaranya program-program yang berhubungan community development dan pengurusan izin-izin. Dia membawahi departemen-departemen non teknik dan memastikan tidak terjadi kesalahan komunikasi antardepartemen. Di sini, dia berusaha menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan bagi setiap pegawai. Sehingga, pegawai dapat enjoy dan tidak bekerja dalam tekanan.
“Orang yang bekerja di bawah tekanan mengeluarkan energi sepuluh kali lipat. Saya tidak ingin pegawai seperti itu. Saya ingin mereka dapat rileks, namun target pekerjaan tetap tercapai,” terang Nasution.
Baginya, setiap permasalahan sebesar apapun dapat terselesaikan bila terjalin komunikasi yang baik. Bahkan dia menyebut, bila komunikasi telah berjalan 90 persen, maka suatu pekerjaan sudah terselesaikan. Karenanya, Nasution selalu mengutamakan komunikasi yang baik antar setiap lini yang berada di bawahnya. Juga, ketika menghadapi suatu konflik antara masyarakat dengan perusahaan.
“Pernah suatu ketika sekelompok masyarakat menuntut perusahaan yang dinilai menyebabkan banjir. Padahal, sama sekali tidak ada korelasi antara aktivitas tambang dengan terjadinya banjir. Kami coba komunikasikan dengan masyarakat secara baik dan dapat terselesaikan tanpa ada yang dirugikan. Masyarakat pun dapat memahami bahwa banjir yang terjadi bukan karena aktivitas perusahaan,” bebernya.
Karena itu, Nasution menilai program tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsbility (CSR) memegang peran penting bagi perusahaan. Dalam hal ini, dia menyebut Indominco sebagai salah satu perusahaan dengan program CSR yang transparan. Anggaran CSR disampaikan kepada masyarakat, dan dibicarakan keinginan-keinginan masyarakat pada berbagai sektor, mulai pendidikan hingga pemberdayaan masyarakat. Bahkan Indominco memiliki forum komunikasi masyarakat yang memberi keleluasaan pada kepala desa dan warga desa binaan untuk dapat menentukan kegiatan CSR yang diinginkan.
“Masyarakat bisa menentukan apa yang mereka inginkan dari perusahaan, sesuai plafon anggaran CSR yang ada. Asal, mesti sesuai kebutuhan. Misalnya pembangunan jalan,” jelas anak keenam dari tujuh bersaudara ini.
Tujuan CSR ini sendiri, sambung Nasution, yaitu bagaimana masyarakat bisa merasakan manfaat keberadaan perusahaan. Sehingga tercipta sense of belonging atau rasa memiliki perusahaan. Bila hal ini telah tercipta, dia yakin akan tercipta hubungan yang harmonis dengan masyarakat sekitar perusahaan. (***)
APA yang dialami selama bekerja di Indominco begitu disyukuri Nasution. Dia tidak menyangka akan menduduki posisi yang strategis dan penting di perusahaan tambang batu bara ini sejak bergabung di 1997. Pertama kali menjejakkan kaki di Indominco, dia menjabat supervisor, yang terpikir di benaknya hanya bekerja sebaik mungkin sesuai tugas yang diberikan.
“Saya tidak ada ambisi naik jabatan atau keinginan-keinginan lain. Yang saya lakukan hanya kerja, kerja, dan terus bekerja. Biar pimpinan yang menilai,” katanya.
Dengan keikhlasan bekerja tersebut, karier Nasution pun mulai menanjak. Pada 2000, dia diangkat menjadi kepala seksi. Mendapat penilaian baik dari perusahaan, di 2004 Nasution mengalami kenaikan jabatan hingga tiga kali. Yaitu sebagai superintenden, kepala departemen, hingga menjadi manajer. Kenaikan pangkat sebanyak tiga kali ini dirasakan sebagai anugerah oleh Nasution, pasalnya tidak semua bisa naik jabatan sebanyak itu dalam setahun.
“Bahkan mungkin ini pertama kali terjadi di Indominco. Biasanya untuk naik jabatan itu butuh waktu dua tahun, itu pun mesti ada prestasi. Mungkin karena perusahaan melihat kinerja saya yang baik,” sebut alumni Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar ini.
Prestasi Nasution terus berlanjut. Di 2009, dia diangkat menjadi General Manager. Dua tahun kemudian di 2011 dia mulai menjabat Assistant Vice President. Namun meski sudah menduduki posisi manajemen atas, tidak membuat Nasution lupa daratan. Dia tetap membaur dengan segala kalangan, bahkan dengan jabatan tingkat bawah seperti sopir dan office boy sekalipun. Bukan hanya itu, dia pun kerap meminta ide dari para sopir dan office boy.
“Saya akrab, sering bercanda dan bicara terbuka dengan mereka. Saya agendakan pertemuan, bukan pertemuan yang formal. Saya mintai pendapat, usulan untuk perkembangan perusahaan. Biasanya justru ide-ide yang baik berasal dari orang-orang di level bawah karena mereka tidak memiliki kepentingan tertentu. Berbeda dengan ide-ide dari petinggi-petinggi perusahaan yang terkadang disertai kepentingan tertentu,” urai Nasution. Prinsipnya, bila ingin dihargai, mesti menghargai orang lain terlebih dulu.
Selama 17 tahun mengabdi, telah banyak suka duka dilewatinya. Sukanya apabila dia berhasil membangun suatu teamwork atau kerja sama yang baik dalam program perusahaan. Baginya, ada suatu kebanggaan tersendiri bila dapat mengimplementasikan tugas-tugas, dan memberikan yang terbaik bagi perusahaan.
Sementara dukanya, dia kerap meninggalkan keluarga untuk menjalankan tugas-tugas perusahaan. Waktu istirahatnya pun kurang. Bahkan terkadang dia masih terpikir pekerjaan saat beranjak tidur.
“Setiap mau tidur saya berdoa, mudah-mudahan pekerjaan di perusahaan besok berjalan lancar. Dengan banyak hal yang mesti saya kerjakan, akan susah bila saya tidak bisa menyeimbangkan pekerjaan dengan keluarga. Di satu sisi ada tanggung jawab perusahaan, di sisi lain ada tanggung jawab keluarga,” tutur pria yang sempat mencalonkan diri sebagai Wali Kota Bontang ini. (luk)
Dapat bepergian ke berbagai negara merupakan salah satu keuntungan yang dirasakan Nasution dalam posisinya sebagai Assistant Vice President. Karena, sebagai perwakilan Indominco, dia mesti melakukan perjalanan dinas ke luar negeri sebagai represntatif perusahaan. Di antaranya Thailand, Tiongkok, dan Australia, pernah didatanginya. Perjalanannya ke luar negeri lantas turut dibagikannya pada keluarganya. Bila ada waktu senggang, dia mengajak istri dan anak berlibur ke luar negeri.
“Waktu saya dengan keluarga memang terbilang sedikit. Karena itu saya memanfaatkan waktu senggang yang ada untuk berkumpul dengan keluarga, dengan berlibur ke luar negeri. Biasanya saya ajak ke Eropa,” kata Nasution.
Memang, dengan kesibukannya di perusahaan, Nasution kerap meninggalkan keluarga. Bahkan dia pernah meninggalkan keluarga hingga 15 hari lamanya karena mesti melakukan perjalanan dinas. Beruntung Nasution memiliki istri dan anak yang mendukung pekerjaannya.
“Saya bersyukur memiliki istri yang mengerti tugas-tugas saya. Istri saya memahami bahwa saya berangkat kerja demi keluarga, demi anak. Sementara anak-anak juga bisa memahami pekerjaan ayah mereka,” sebutnya.
Sebagai sarana refreshing, Nasution menyempatkan waktunya menjalani hobi, salah satunya bermain golf. Dia menuturkan, sejak kecil sudah menggemari olahraga. Di antaranya sepak bola atau tenis. Bahkan saat masih duduk di bangku kelas 5 SD, dia pernah mewakili sekolah dalam suatu turnamen. Kegemaran olahraga ini terus berlanjut saat remaja, hingga dewasa. Namun kondisi fisik yang menua, membuatnya selektif dalam memilih jenis olahraga.
“Saya memilih golf sebagai olahraga saya, karena sesuai dengan kondisi fisik saya saat ini. Dulu sempat ingin mencoba bermain bola lagi, tapi fisik sudah tidak mampu,” ujar pria 48 tahun ini.
Selain olahraga, Nasution juga memiliki hobi lainnya yaitu menyanyi. Meskipun diakuinya suaranya terbilang fals. Menurutnya, dengan bernyanyi dapat menghilangkan stres atau kejenuhan pekerjaan. Terkadang dia bernyanyi bersama para staf, berbaur dengan masyarakat seperti di Pasar Rawa Indah dan Selambai.
“Saya membawa electone ke pujasera kuliner di Rawa Indah dan pujasera di Selambai, untuk bernyanyi bersama masyarakat di sana. Ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat berbaur dan interaktif dengan masyarakat sekitar,” terangnya. (luk)