Aku ingat, saat itu kaset game ini dijual seharga Rp 25 ribu di took game terdekat. Bagiku saat itu, uang Rp 25 ribu sudah terasa sangat mahal. Untuk bisa membelinya, aku terpaksa menjual koleksi tazosku pada saudara sepupuku. Setelah mendapatkan uang, segera aku bergerak ke took game dan membeli game ini. Aku tertarik membeli game ini saat melihat stiker pada kaset gamenya yang menampilkan siluet makhluk xenomorph alien yang legendaries itu. Apalagi saat itu aku lagi demen-demennya nonton film bertema alien.
Awalnya aku membayangkan game ini sejenis Contra, permainan run and gun atau side scrolling shooter. Pasalnya saat pertama kali mencobanya, tampak atmosfer layaknya Contra, dimana Ripley menembak alien yang datang ke arahnya. Namun ternyata, setelah memainkannya lebih jauh, kusadari bahwa ini bukan game run and gun. Memang, ada unsur run and gun, tapi bukan itu gameplay utamanya. Inti dari Alien 3 yang rilis di mesin NES adalah rescue game, di mana kita harus menyelamatkan para tahanan yang terjebak, dan terancam mati oleh alien dalam tubuh mereka! Hiyy…
Mendapati kenyataan itu, aku cukup kecewa. Apalagi, game ini terbilang sulit. Kita mesti menemukan para tahanan yang tersebar di berbagai tempat di dalam ruangan luas yang berliku, seperti labirin. Masalahnya, kita harus menemukan semua tahanan itu dan menuju pintu keluar sebelum waktu habis. Yap, ada batas waktu yang tidak boleh dilewati. Bila waktu habis, kita akan gagal dan alien akan muncul dari dalam tubuh tahanan, membunuh mereka dengan sadis!
Namun kemudian, sebagai seorang game yang penasaran, aku pun mencoba memainkannya secara serius. Uniknya, aku baru benar-benar berusaha menyelesaikan game ini ketika kaset yang kubeli tersebut rusak, sehingga gambarnya menjadi kabur. Meski kabur, aku mampu menyelesaikan setiap misi yang ada dan melawan Guardian, alien besar yang muncul per dua misi. Cukup menegangkan saat melawan Guardian, karena kesan ‘gelap’ semakin terasa dalam Alien 3 pada misi Guardian ini.
Dengan luasnya tempat, labirin berliku, alien-alien, dan batas waktu, membuat Alien 3 memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Tingkat kesulitan ini rupanya berlaku pula pada platform lainnya. Dengan tingkat kesulitan itu, khususnya batas waktu, membuat game ini terasa begitu menegangkan. Bagaimana tidak? Siapa yang tidak kesal ketika kita sudah menyelamatkan semua tahanan, lantas kehabisan waktu karena tersesat dalam lorong-lorong menuju jalan keluar.
Apalagi ketika kita jatuh ke lantai bawah, sementara ada tahanan di lantai atas yang belum kita selamatkan. Praktis, bakal menghabiskan waktu banyak saat kita berupaya kembali naik ke atas. Akibatnya, gagal dan tak sempat mencapai pintu keluar. Kesulitan lainnya ada pada saat kita berusaha menemukan para tahanan. Khususnya ketika kita baru pertama kali melakoni misi tersebut. Baru setelah beberapa kali memainkan game ini, kita bisa mudah menemukan lokasi-lokasi tersebut, karena apabila kita gagal menyelamatkan tahanan karena waktu habis, akan muncul highlight yang menampilkan lokasi-lokasi tahanan tersisa, yang bisa menjadi patokan saat memainkannya kembali.
Keunggulan lain game ini hadir dalam musiknya. Sepanjang permainan mencari tahanan, kita akan disuguhi alunan music menghentak yang begitu berirama. Musiknya terdengar begitu ‘gelap’, mendukung suasana permainan yang memang dibuat ‘gelap’. Atmosfer mencekam ala film Alien 3 pun terasa. Musik yang ada ini, buktinya berhasil membuatku selalu merasa tegang setiap kali memainkannya.
Sayangnya, gamplay yang menegangkan ini tak didukung dengan jalinan cerita yang baik. Tak ada prolog, tak ada potongan cerita sedikit pun. Bahkan endingnya pun hanya sebatas siluet Ripley dengan kalimat yang menerangkan jagoan perempuan kita ini berhasil melenyapkan ancaman alien dari planet tahanan tersebut. Padahal, menurutku akan sangat bagus bila terdapat prolog yang memulai game dan potongan-potongan cerita dalam cutscene pendek di pergantian antar misi. Pun dengan endingnya, yang mestinya tak sesederhana itu. Bandingkan dengan Alien 3 versi SNES yang memiliki prolog begitu panjang.
Selain itu, meski merupakan adaptasi dari film Alien 3, namun game ini terasa kurang merepresentasikan film tersebut. Misalnya keberadaan senjata dalam game, di mana pada filmnya tak ada senjata di penjara. Pun dengan endingnya yang dikisahkan Ripley berhasil selamat. Kenyataannya, di film Ripley ini mati karena mengorbankan dirinya agar ratu alien yang ada di tubuhnya ikut mati.
Tapi perbedaan dengan versi filmnya itu tak masalah bagiku. Karena bagaimanapun, sebuah game adaptasi tak melulu sama dengan filmnya. Bahkan kalau bisa berbeda, sehingga ada hal berbeda atau kejutan yang bisa didapatkan gamer, walaupun dia sudah menonton filmnya. Bukankah selama ini sebuah cerita film yang diangkat dari video game selalu dituntut tak menerapkan alur ceritanya secara murni?
Aku sendiri heran dengan pendapat-pendapat di internet yang menyebut game ini sebagai game yang jelek. Katanya, game ini tidak menarik dengan konsep dan gameplay yang ditawarkan, apalagi dengan batas waktu yang ada. Aku tidak sependapat. Aku curiga mereka yang mengatakan game ini hanya memainkannya sekilas, lantas berhenti bermain, tanpa mencoba menyelami irama game ini. Karena menurutku, Alien 3 didukung berbagai elemen yang membuatnya menjadi game sempurna, walaupun bukan terbaik.
Elemen pertama adalah action atau aksi. Di sini kita menjadi jagoan bernama Ripley yang menembak alien-alien dan menyelamatkan para tahanan. Bahkan kita dilengkapi empat jenis senjata yang keren, mulai dari senapan mesin, peluncur granat, penyembur api, hingga granat tangan. Ya walaupun amunisinya terbatas. Lalu, elemen kedua yang dimiliki game ini yaitu suspense atau ketegangan. Unsur ketegangan karena adanya batas waktu ini membuat kita dapat dengan mudah terbawa dalam suasana permainan. Akibatnya, sesulit apapun suatu game, pemain pasti akan berusaha menyelesaikannya.
Elemen ketiga yaitu challenge atau tantangan. Di sini kita ditantang menemukan para tahanan dengan menyusuri labirin yang berliku. Kita dituntut dapat bergerak cepat sebelum waktu habis atau berakhir game over. Dan elemen keempat atau terakhir, yaitu puzzle alias teka-teki. Elemen ini adalah kunci dalah sebuah permainan yang sukses. Di sini, kita harus bisa memecahkan teka-teki lokasi tahanan dan bagaimana mencapainya, teka-teki menemukan jalan keluar, serta teka-teki menyelesaikan permainan tanpa kehabisan waktu.
Keempat elemen ini adalah elemen yang selalu ada pada game-game sempurna. Karenanya, bagi yang menganggap Alien 3 game yang jelek, aku pastikan mereka bukanlah gamer sejati. Mereka hanyalah gamer biasa yang selalu mencari hal-hal keren dan instan serta jelas. Karena bagiku, suatu permainan sempurna itu bakal membuat kita berpikir dan bukan sekadar main tabrak. Bukankah memang itulah esensi suatu permainan. Jadi jangan heran bila permainan seperti tetris tetap diminati dari waktu ke waktu. Lho, kok jadi nyasar ke Tetris? (luk)