Panel-panel penuh warna itu akan terus muncul dari bawah, menumpuk hingga atap kotak bejana. Tugas kita adalah melenyapkan panel-panel tersebut secepat mungkin, sebelum kotak kita penuh, dan ketinggian panel mencapai atap kotak bejana. Cara melenyapkan panel yaitu dengan menyusun tiga panel atau lebih dengan pola dan warna yang sama, bisa vertikal atau horizontal.
Namun, ada satu unsur yang membuat game ini menjadi sangat adiktif, yaitu 'attack'. Yup, dalam permainan multiplayer, kita bisa menyerang lawan kita dengan tumpukan balok yang disebut Garbage. Tumpukan Garbage ini bisa memenuhi kotak bejana lawan. Alhasil, kita bisa mengalahkan lawan kita bila kita terus-menerus melakukan 'attack' atau serangan tersebut. Serangan balok bakal muncul bila kita berhasil menyatukan empat panel atau lebih, atau dengan menghasilkan combo.
Hal yang sama berlaku pada kotak bejana kita. Lawan kita bisa menyerang, memenuhi kotak bejana kita. Alhasil, kita mesti melenyapkan balok-balok Garbage yang dikirim lawan dengan cepat, dengan melenyapkan panel yang bersentuhan langsung dengan balok-balok tersebut. Nah, di sinilah serunya memainkan Tetris Attack secara multiplayer, maupun single player melawan CPU.
Sebentar.... Bukannya judul ulasan ini Panel de Pon? Tapi kenapa yang dibahas jadi Tetris Attack? Yup, Tetris Attack dirilis pertama kali di Jepang dengan judul Panel de Pon di tahun 1995 untuk Super Famicon. Game ini merupakan versi asli Tetris Attack. Gameplay dan atmosfernya sama, namun ada perubahan-perubahan yang membuat kedua judul ini, Panel de Pon dan Tetris Attack berbeda. Yaitu, pemberian judul dan karakter dalam game ini.
Mari kita bahas perlahan. Selalu ada pertimbangan bagi sebuah game Jepang untuk dirilis di luar Jepang. Dalam hal ini adanya perubahan-perubahan yang dilakukan merujuk pada perbedaan budaya. Mungkin karena adanya perbedaan budaya tersebut, Nintendo memutuskan mengubah drastis tampilan game buatan Intelegent System tersebut agar dapat rilis di luar Jepang.
Semua karakter peri yang ada di Panel de Pon diganti dengan karakter-karakter yang muncul dalam game Super Mario World 2: Yoshi's Island. Sementara, judul game ini diubah menjadi Tetris Attack. Penggunaan nama 'Tetris' ini sebenarnya mengundang tanda tanya, karena game ini sama sekali tidak memiliki unsur Tetris. Kemungkinan, Nintendo menggunakan kata 'Tetris' untuk menarik minat para gamer membeli game ini. Inilah yang kemudian membuat Henk Rogers dari Tetris Company merasa kecewa telah mengizinkan Nintendo menggunakan brand Tetris.
Well, sebenarnya bukan hanya Henk yang kecewa atas penggunaan nama tersebut. Aku pun demikian. Menurutku, apa yang dilakukan Nintendo dengan pemberian nama Tetris tersebut merupakan suatu 'kebohongan' yang tak patut dilakukan. Semestinya, Nintendo dapat percaya diri membuat judul yang benar-benar baru tanpa mendompleng suatu brand. Apalagi kalau elemennya sama sekali berbeda.
Menurutku pemberian nama baru bisa membuat Nintendo memulai suatu brand baru yang bakal menjadi hit dan berdiri di 'kakinya' sendiri, seperti saat Nintendo pertama kali merilis Mario, Zelda, atau Metroid. Walaupun di tahun-tahun berikutnya Nintendo berhasil menemukan judul yang mewakili genre ini, yang disebut Puzzle League. Beberapa judul game dengan tema sejenis lahir di antaranya Pokemon Puzzle League dan Planet Puzzle League.
Jujur saja, meskipun gamenya adiktif, aku kecewa dengan penggunaan judul Tetris Attack. Alhasil, aku lebih memilih versi asli game ini, Panel de Pon untuk kumainkan dan kujadikan pilihan. Walaupun aku sendiri sudah menamatkan Tetris Attack. Setelah kuketahui bahwa versi asli Tetris Attack tak membawa embel-embel Tetris, aku pun mencari Panel de Pon dan menemukannya!
Aku memainkan Panel de Pon, dan mulai membandingkannya dengan Tetris Attack. Rupanya, Panel de Pon memiliki konsep yang lebih original, terang saja mengingat memang judul ini adalah judul yang original. Gameplay-nya sama, tapi dihadirkan dalam suasana yang 'girly'. Di Panel de Pon, kita akan disambut hamparan warna muda dan para peri yang imut.
Dalam versi VS CPU yang merupakan story mode dalam game ini, dikisahkan monster jahat datang ke dunia peri dan menghipnotis semua peri yang ada menjadi jahat, kecuali Lip si peri bunga. Menyadari dunianya dalam bahaya, Lip memutuskan untuk mendatangi tempat tinggal para peri dan mengembalikan sifat baik mereka. Caranya, dengan mengalahkan mereka dalam permainan puzzle Panel de Pon. Setelah mengembalikan kesadaran delapan peri dari berbagai tempat, Lip pun berhadapan dengan para monster, hingga melawan otak dibalik serangan para monster yang ternyata adalah... ibu Lip sendiri!
Dalam mode VS ini, ada tiga tingkat kesulitan yang ditawarkan, yaitu Easy, Normal, dan Hard. Pada tingkat Easy, permainan akan berakhir setelah berhasil mengalahkan monster. Pada tingkat Normal permainan akan berakhir setelah berhasil mengalahkan Thanatos. Baru pada tingkat Hard, seluruh jalinan akan dibeber lengkap, karena kita akan berhadapan dengan Goddess Cordelia yang rupanya adalah ibu Lip, sang ratu peri. Namun, setelah memenangkan tingkat Hard ini pun kita masih mendapat tingkat kesulitan Super Hard, yang menunjukkan real ending dari game ini.
Selain VS mode tersebut, ada banyak pilihan mode yang bisa kita coba. Salah satunya Endless Mode, Stage Clear, dan Survival. Selain itu, pada mode multiplayer, game ini menawarkan dua pilihan yaitu VS dan time trial. Dalam VS, kita mesti mengalahkan lawan kita untuk menang. Sementara dalam time trial, pemain dengan skor tertinggi di dalam waktu yang ditentukan bakal menjadi pemenang. Masing-masing pertarungan terbagi dalam dua poin kemenangan.
Panel de Pon sendiri memang ditujukan sebagai game puzzle multiplayer dengan elemen saling menyerang, penuh aksi. Ini tampak dalam embel-embel judulnya: action puzzle game. Ala game fighting populer seperti Street Fighter, di sini kita bisa memilih sembilan karakter peri atau dua karakter monster (dan juga dua karakter tersembunyi) sebagai karakter kita. Setiap karakter peri mewakili suatu elemen lingkungan. Misalnya Elias yang mewakili lingkungan air, Flare yang mewakili lingkungan api, Neris yang mewakili lingkungan laut, atau Windy yang mewakili lingkungan angin.
Berbeda dengan karakter Tetris Attack, masing-masing karakter dalam Panel de Pon memiliki corak balok serangan yang berbeda-beda. Karakter-karakter ini tampak lebih 'hidup' karena masing-masing memiliki musik latar dan bentuk serangan yang berbeda satu sama lain. Pun dengan artwork mereka yang sangat keren, baik artwork menyerang dalam mode multiplayer atau artwork santai dalam mode stage clear/endless game. Ditampilkan sebagai karakter chibi anak-anak, masing-masing peri tampak imut dan menggemaskan. Di antara peri-peri ini yang paling kusuka dan paling sering kugunakan adalah Elias, sang peri air.
Secara garis besar, Panel de Pon berhasil menghadirkan suatu 'rasa' baru dalam genre puzzle game. Elemen 'attack' yang dihadirkan membuat game ini layak disandingkan dengan game-game kompetisi lainnya yang membutuhkan kerja keras otak. Ini bukan sekadar game puzzle, kita dituntut dapat berpikir cepat menyelesaikan puzzle, meluncurkan serangan, dan menghancurkan balok dari musuh.
Elemen inilah yang membuat Panel de Pon terasa begitu adiktif, bahkan bisa menjadi candu. Apalagi didukung kualitas gambar yang penuh warna dan alunan musik yang menenangkan, tapi juga menegangkan. Nyaman di mata, empuk di telinga. Tak heran bila istriku yang bukan seorang gamer dapat sangat kecanduan memainkan game ini sembari menungguku pulang kerja. Kami pun kerap memainkannya bersama-sama. Panel de Pon benar-benar game yang berkualitas. (luk)