Selepas aku menikah, aku membuat album khusus di jejaring sosial Facebook untuk memosting foto-foto kebersamaanku dengan istriku. Karena setelah menikah kami hidup di Bontang dan foto-foto itu berlokasi di Bontang, album itu lantas kuberi nama ‘Bersamamu di Kota Taman’. Menurutku nama album itu terdengar bagus, seperti film bioskop.
Setiap kali aku dan istri berfoto bersama, selalu kumasukkan ke album itu. Bisa dibilang album itu adalah potret kebersamaan kami di Bontang. Banyak tempat telah kami kunjungi dan kami abadikan dalam potret, untuk kemudian kumasukkan ke dalam album itu. Mulai dari Bontang Kuala, Lembah Hijau Lestari, Pelabuhan, Hotel Bintang Sintuk, hingga Bontang Kuring.
Namun karena kini kami telah pindah ke Jawa Timur, maka album itu tak pernah kuisi lagi, mengingat tak ada lagi foto-foto yang kami ambil dengan setting Bontang. Hingga suatu ketika, istriku memintaku membuatkan slideshow foto-foto kami dengan iringan musik. Katanya hal itu akan menyenangkan. Keinginan istriku itu tak kutanggapi serius karena aku belum tahu bagaimana cara membuatnya.
Lalu kemudian, ketika aku melihat slideshow foto-foto itu dengan Windows Live Photo Gallery, aku melihat celah untuk membuat slideshow berlatar musik. Kulihat di atas tampilan slideshow ada pilihan ‘Create Movie’. Iseng aku menekannya, dan langsung tersambung ke Windows Live Movie Maker. Karena penasaran, aku lantas mengotak-atik aplikasi video tersebut dan menyadari aku bisa membuat slideshow yang diminta istriku dengan program tersebut.
Tak butuh waktu lama bagiku untuk mempelajari program ini secara otodidak. Segera saja aku tahu bagaimana cara menyusun foto-foto dan menambahkan musik, serta memberikan judul. Maka, kukumpulkan foto-foto terbaik kami berdua, sebagian besar berasal dari album ‘Bersamamu di Kota Taman’, sebagian lagi dari album pernikahan dan bulan madu kami. Sebagai lagu pengiring, aku memutuskan menggunakan lagu ‘Cinta Kita’, yang dinyanyikan secara duet oleh Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar (OST Cinta Fitri). Entah kenapa aku merasa lagu ini sangat mencerminkan kisah cinta kami berdua.
Cukup lama aku menyusun foto-foto yang ada, menyesuaikannya dengan lagu dan mencari timing yang tepat. Sehingga, barisan foto yang ada dapat berakhir dengan tepat bersamaan dengan berakhirnya lagu. Cukup sulit untuk menyesuaikan lagu dan gambar yang ada, membuatku mesti beberapa kali melakukan trial & error. Aku mengatur urutan foto-foto yang ada sedemikian rupa, agar seolah-olah kami berdua yang tengah menyanyikan lagu itu.
Caranya, aku menempatkan foto-fotoku seorang diri pada bagian lagu dimana hanya Teuku Wisnu yang bernyanyi. Begitu pun aku menampatkan foto-foto istriku seorang diri pada bagian lagu dimana hanya Shireen Sungkar yang bernyanyi. Lantas, ketika keduanya berduet, kutempatkan foto-foto kami berdua dengan mengupayakan urutan yang kronologis. Misalnya, aku menempatkan urutan foto kami berdua, mulai dari foto kami berdua ketika masih SMA, bekerja, hingga ketika kami menikah.
Setelah cukup lama mengerjakannya, akhirnya aku berhasil menyelesaikan video slideshow pertamaku. Kuberi nama slideshow itu dengan judul ‘Bersamamu di Kota Taman’ atau disingkat BDKT. Alasannya, karena foto-foto dalam slideshow ini didominasi foto-foto kami di Bontang. Aku menunjukkannya pada istriku dan dia merasa cukup puas dengan hasilnya. Kami berdua sering memutar video ini, mengenang kembali masa-masa saat berada di Bontang.
Keberhasilanku membuat video slideshow itu memantik kembali obsesiku untuk membuat film. Mengingatkanku pada masa-masa selepas SMA dulu, dimana aku sempat membuat film pendek berjudul ‘Ketakutan’ yang sayangnya hasil akhirnya belum sempat disimpan ke dalam keping VCD. Karena itu, aku mulai kembali bereksperimen dengan video, apalagi aku memiliki Canon PowerShot kenang-kenangan dari Bontang Post.
Meski memiliki semangat untuk membuat sebuah film, nyatanya aku sudah kehabisan ide. Aku berkali-kali memikirkan ide film apa yang layak kubuat, namun ujung-ujungnya selalu berakhir buntu. Namun kehadiran dua keponakanku, Bastih dan Akbar membuatku mendapat sebuah ide. Tingkah pola lucu keduanya membuat tertarik untuk merekamnya, menjadikannya film pendek berseri dengan durasi sekitar 15 menit.
Video yang kurekam tersebut lantas kuedit menggunakan Windows Live Movie Maker, menjadikannya film pendek yang kuberi judul ‘Basith Akbar’, agar terdengar seperti sinetron India ‘Jodha Akbar’. Hingga kini sudah ada dua episode dari film pendek ini, yang telah kuunggah di YouTube secara private. Proses pembuatan ‘Basith Akbar’ membuatku semakin berkeinginan membuat filmku sendiri.
Semoga saja aku segera mendapat ide serta para pemeran untuk membuat film ini, mumpung masih ada waktu untuk melakukannya. Kalau filmnya sudah jadi, tentu akan kuposting di blogku ini. Sementara ini, nonton video BDKT yang ada di bawah ini saja dulu. Hehehe… (luk)
Setiap kali aku dan istri berfoto bersama, selalu kumasukkan ke album itu. Bisa dibilang album itu adalah potret kebersamaan kami di Bontang. Banyak tempat telah kami kunjungi dan kami abadikan dalam potret, untuk kemudian kumasukkan ke dalam album itu. Mulai dari Bontang Kuala, Lembah Hijau Lestari, Pelabuhan, Hotel Bintang Sintuk, hingga Bontang Kuring.
Namun karena kini kami telah pindah ke Jawa Timur, maka album itu tak pernah kuisi lagi, mengingat tak ada lagi foto-foto yang kami ambil dengan setting Bontang. Hingga suatu ketika, istriku memintaku membuatkan slideshow foto-foto kami dengan iringan musik. Katanya hal itu akan menyenangkan. Keinginan istriku itu tak kutanggapi serius karena aku belum tahu bagaimana cara membuatnya.
Lalu kemudian, ketika aku melihat slideshow foto-foto itu dengan Windows Live Photo Gallery, aku melihat celah untuk membuat slideshow berlatar musik. Kulihat di atas tampilan slideshow ada pilihan ‘Create Movie’. Iseng aku menekannya, dan langsung tersambung ke Windows Live Movie Maker. Karena penasaran, aku lantas mengotak-atik aplikasi video tersebut dan menyadari aku bisa membuat slideshow yang diminta istriku dengan program tersebut.
Tak butuh waktu lama bagiku untuk mempelajari program ini secara otodidak. Segera saja aku tahu bagaimana cara menyusun foto-foto dan menambahkan musik, serta memberikan judul. Maka, kukumpulkan foto-foto terbaik kami berdua, sebagian besar berasal dari album ‘Bersamamu di Kota Taman’, sebagian lagi dari album pernikahan dan bulan madu kami. Sebagai lagu pengiring, aku memutuskan menggunakan lagu ‘Cinta Kita’, yang dinyanyikan secara duet oleh Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar (OST Cinta Fitri). Entah kenapa aku merasa lagu ini sangat mencerminkan kisah cinta kami berdua.
Cukup lama aku menyusun foto-foto yang ada, menyesuaikannya dengan lagu dan mencari timing yang tepat. Sehingga, barisan foto yang ada dapat berakhir dengan tepat bersamaan dengan berakhirnya lagu. Cukup sulit untuk menyesuaikan lagu dan gambar yang ada, membuatku mesti beberapa kali melakukan trial & error. Aku mengatur urutan foto-foto yang ada sedemikian rupa, agar seolah-olah kami berdua yang tengah menyanyikan lagu itu.
Caranya, aku menempatkan foto-fotoku seorang diri pada bagian lagu dimana hanya Teuku Wisnu yang bernyanyi. Begitu pun aku menampatkan foto-foto istriku seorang diri pada bagian lagu dimana hanya Shireen Sungkar yang bernyanyi. Lantas, ketika keduanya berduet, kutempatkan foto-foto kami berdua dengan mengupayakan urutan yang kronologis. Misalnya, aku menempatkan urutan foto kami berdua, mulai dari foto kami berdua ketika masih SMA, bekerja, hingga ketika kami menikah.
Setelah cukup lama mengerjakannya, akhirnya aku berhasil menyelesaikan video slideshow pertamaku. Kuberi nama slideshow itu dengan judul ‘Bersamamu di Kota Taman’ atau disingkat BDKT. Alasannya, karena foto-foto dalam slideshow ini didominasi foto-foto kami di Bontang. Aku menunjukkannya pada istriku dan dia merasa cukup puas dengan hasilnya. Kami berdua sering memutar video ini, mengenang kembali masa-masa saat berada di Bontang.
Keberhasilanku membuat video slideshow itu memantik kembali obsesiku untuk membuat film. Mengingatkanku pada masa-masa selepas SMA dulu, dimana aku sempat membuat film pendek berjudul ‘Ketakutan’ yang sayangnya hasil akhirnya belum sempat disimpan ke dalam keping VCD. Karena itu, aku mulai kembali bereksperimen dengan video, apalagi aku memiliki Canon PowerShot kenang-kenangan dari Bontang Post.
Meski memiliki semangat untuk membuat sebuah film, nyatanya aku sudah kehabisan ide. Aku berkali-kali memikirkan ide film apa yang layak kubuat, namun ujung-ujungnya selalu berakhir buntu. Namun kehadiran dua keponakanku, Bastih dan Akbar membuatku mendapat sebuah ide. Tingkah pola lucu keduanya membuat tertarik untuk merekamnya, menjadikannya film pendek berseri dengan durasi sekitar 15 menit.
Video yang kurekam tersebut lantas kuedit menggunakan Windows Live Movie Maker, menjadikannya film pendek yang kuberi judul ‘Basith Akbar’, agar terdengar seperti sinetron India ‘Jodha Akbar’. Hingga kini sudah ada dua episode dari film pendek ini, yang telah kuunggah di YouTube secara private. Proses pembuatan ‘Basith Akbar’ membuatku semakin berkeinginan membuat filmku sendiri.
Semoga saja aku segera mendapat ide serta para pemeran untuk membuat film ini, mumpung masih ada waktu untuk melakukannya. Kalau filmnya sudah jadi, tentu akan kuposting di blogku ini. Sementara ini, nonton video BDKT yang ada di bawah ini saja dulu. Hehehe… (luk)