Setiap hari Minggu, ada rubrik khusus di Bontang Post berjudul Sosok yang tampil di halaman utama, sebagai berita feature. Dalam rubrik ini, setiap pekannya Bontang Post menampilkan profil dari sosok-sosok yang dianggap memberikan inspirasi, berpengaruh, atau orang-orang sukses di Bontang. Penulis rubrik ini, sejak September 2012 dipercayakan padaku. Ini setelah aku menghadirkan profil Kuswana Yugaswara, yang kala itu menjabat Senior Manager Corporate Communication PT Badak NGL. Rupanya, tulisanku dianggap komprehensif, mendalam, dan menarik untuk dibaca. Tulisanku itu sendiri merupakan kali kedua aku menulis berita sosok setelah sosok pertamaku, Wakil Direktur Pelayanan RSUD Taman Husada Bontang Wilujeng Agustini pada bulan Agustus 2012. Berita sosok pertamaku sendiri sempat ditunda terbit karena adanya berita kecelakaan Pesawat Piper Chieftain di Kutim.
Sejak itu, hampir setiap pekan aku menulis berita sosok. Ada kalanya aku tidak menulis sosok, namun hal itu sangat jarang terjadi. Maka, setiap pekan aku selalu memikirkan dan berburu, siapa lagi narasumber, tokoh yang cocok untuk kutulis perjalanan hidupnya dalam sebuah tulisan profil. Banyak suka duka kualami ketika berburu sosok-sosok ini. Misalnya, ketika aku sudah mengatur janji wawancara, lantas yang bersangkutan berhalangan. Sementara, aku tidak memiliki sosok cadangan. Ada pula pengalaman ketika aku sudah membuat janji dengan calon sosokku, namun ternyata sosok itu tengah sibuk dengan kegiatannya, sehingga membuatku mesti berpikir keras untuk bisa memanfaatkan setiap sela waktu. Bahkan pernah aku liputan sosok malam hari, dengan deadline tinggal beberapa menit lagi. Ini membuat redakturku marah.
Dalam menentukan calon-calon sosok, terkadang aku menjadikan tokoh-tokoh yang menjadi relasiku dan akrab dengannya untuk tulisan sosok. Pernah juga aku menjadikan tokoh-tokoh yang baru pertama kali kuwawancara, untuk berikutnya meminta mereka bila berkenan diprofilkan. Kadang, aku juga diminta untuk mengangkat tokoh-tokoh tertentu sebagai sosok oleh bosku. Sementara bila aku kehabisan ide untuk sosok berikutnya, aku sering meminta tolong Mbak Yuanita, rekanku di divisi Iklan atau rekan-rekan lainnya yang memiliki banyak relasi. Menurutku, rubrik sosok ini jauh berbeda dengan sekadar tulisan profil. Menurutku tulisan profil sosok haruslah mendalam sehingga mampu dijadikan pelajaran dan diambil hikmahnya oleh pembaca. Karenanya, aku cukup pilih-pilih untuk menentukan siapa yang bakal menjadi kandidat sosok.
Tapi tidak semua calon narasumber sosokku menerima tawaranku untuk mengangkat kisah mereka ke dalam bentuk profil. Beberapa menolak dengan alasan tidak ingin dianggap menyombongkan diri dengan kesuksesan mereka. Meski begitu, terkadang aku berusaha meyakinkan mereka, bahwa kisah mereka patut diketahui masyarakat Bontang agar dapat dijadikan contoh dan inspirasi. Beberapa lainnya menolak dengan alasan nanti dulu, masih banyak yang lebih layak untuk tampil sebagai sosok. Sementara ada juga kandidat sosok yang karena kesibukannya, membuatku mesti berupaya keras. Misalnya pekan itu aku gagal mendapatkan waktu untuk mewawancarainya, maka aku berusaha mendapatkan waktu pada pekan berikutnya. Bahkan ada satu narasumber, yang barus bisa kuprofilkan setelah pekan ketiga.
Untuk menghasilkan tulisan sosok yang mendalam, aku melakukan penggalian informasi yang dalam. Tak heran, proses wawancara sosok memakan waktu jauh lebih lama dari wawancara berita biasa. Biasanya aku menghabiskan waktu antara 1 sampai 2 jam untuk wawancara. Tapi wawancara ini bisa lebih singkat bila narasumberku terburu-buru melakukan aktivitas penting. Bila hal itu terjadi, aku akan berusaha memaksimalkan pertanyaanku sehingga aku bisa mendapatkan banyak bahan tulisan, sementara sosokku tidak kehilangan momen berharganya. Karena aku selalu berprinsip untuk tidak merugikan narasumberku.
Salah satunya ketika mewawancara VP Production PT Badak NGL yang juga Ketua Komite Badak Golf Bontang Nanang Asmadie yang kala itu mesti menghadiri acara hajatan. Sehingga aku mesti bisa memanfaatkan waktu 15 menit yang diberikannya dalam wawancara di lapangan golf. Tapi terkadang wawancaraku bisa sampai seharian lamanya. Sebagaimana saat aku mewawancarai Asti Senopati, seorang pencinta seni dan pemilik salon. Saat itu karena sama-sama memiliki kecintaan pada sastra, obrolanku pun terus berlanjut. Dari pukul 12.00 Wita, hingga pukul 18.00 Wita, aku dan Asti Senopati terus berada dalam obrolan nikmat yang tak terlupakan.
Tidak semua wawancara itu terjadi secara langsung secara tatap muka. Tercatat aku beberapa kali melakukan wawancara via telepon karena narasumberku tersebut tidak sedang berada di Bontang. Sementara, aku dituntut untuk bisa menuliskan profilnya. Sebagaimana yang kulakukan saat menulis profil Kepala Bagian Sosial Pemkot Bontang Sudirman yang kala itu berada di Samarinda, dan Pembalap Bontang Slalom Team (BOST) yang juga putra Wali Kota Bontang Adi Darma, Ferza Agustia Darma yang saat itu berada di Surabaya. melakukan wawancara sosok melalui telepon merupakan hal yang berat. Karena, noise yang bisa muncul dalam wawancara melalui perantara telepon riskan menghadirkan kesalahan informasi. Ini membuatku harus bisa memaksimalkan daya ingatku lebih baik lagi. Meski begitu, waktu wawancaraku tetap bisa mencapai 2 sampai 3 jam, membuat telingaku panas.
Kesulitan lainnya yaitu ketika narasumber sosokku adalah orang asing, yang tidak fasih berbahasa Indonesia. Ini kualami ketika mewawancarai Fode Camara, yang menjadi pelatih Bontang FC. Memang Fode Camara bisa berbahasa Indonesia. Namun terdapat beberapa kalimat yang tidak dimengertinya. Ini membuatku mesti berpikir keras untuk mengatur pertanyaan sehingga dia bisa memahaminya. Tak jarang aku menggunakan bahasa Inggris sehingga dia mampu memahaminya. Selain Camara Fode, sosok pesepakbola lainnya yang pernah kujadikan berita sosok adalah Fakhri Husaini, legenda sepak bola Indonesia dan juga Bontang. Bahkan, saat tengah menceritakan kisahnya, Fakhri sempat terbawa suasana dan ingin menangis, mengenang pemainnya yang meninggal di lapangan hijau. Membuatku merasa tidak.
Ada banyak pengalaman yang kudapatkan, serta suka duka dalam berburu berita sosok. Baik itu pengalaman menemukan sosok yang tepat, dan inspirasi yang diberikan narasumber sosokku melalui kisah yang diceritakannya. Sangat menarik bisa mengetahui latar belakang kesuksesan seseorang yang diceritakan secara gamblang, bahkan terkadang seperti curahan hati kepadaku. Dari situ, aku mengambil pelajaran yang berarti untuk kugunakan dalam kehidupanku. Aku menjadi terinspirasi, dan ingin seperti sosok-sosok itu yang telah melewati perjalanan penuh perjuangan keras mencapai posisi mereka saat ini. Mereka mengajarkanku mengenai disiplin, kerja keras, dan pantang menyerah. Karenanya, aku selalu merasa hidup setiap kali melakukan liputan sosok. Apalagi bila narasumberku ramah dan terbuka. Bahkan terkadang aku merasa sudah mengenal dekat sosok-sosok tersebut dari cerita yang mereka sampaikan.
Menulis profil sosok memang seperti menulis biografi. Walaupun tampil singkat, tapi aku berusaha agar tulisanku dapat mencakup semua pengalaman dan kisah sosok secara singkat tapi padat. Terkadang, saking banyaknya hal menarik yang kutemukan dalam wawancara sosok ini, tulisanku berkembang sendiri hingga seribu karakter lebih. Sehingga, halaman sambungan penuh dengan tulisanku hingga setengah halaman lebih. Ini yang terkadang diprotes oleh rekan-rekanku di redaksi maupun di divisi kreatif. Bahkan aku pernah harus memotong beritaku karena tempatnya di halaman tidak mencukupi akibat karakter tulisan yang overload. Terpaksa aku memotong beritaku, namun itu kulakukan dengan sangat hati-hati. Karena sedikit saja salah memotong bagian berita, bisa mengubah makna dalam tulisan.
Dalam wawancara sosok, aku tidak pernah menyiapkan bahan pertanyaan secara khusus. Wawancaraku terkesan sambil lalu. Namun, aku memiliki formula khusus yang menjadi patokan dalam dalam merangkai kata ketika semua bahan sudah kudapatkan. Biasanya, aku meminta narasumber sosokku untuk menceritakan perjalanannya mulai dari awal merintis karir, hingga pada kondisi sekarang. Setelah itu, aku akan menanyakan suka dan duka menjalani profesi, pengalaman berkesan, serta prinsip hidup. Tapi formula itu sendiri akan terus berkembang apabila banyak sisi menarik yang lantas kudapatkan dalam penggalian informasi. Sementara untuk berita pelengkap, biasanya aku menggunakan formula pertanyaan di luar karir atau profesi sosok. Misalnya hobi atau waktu bersama keluarga. Memang rubrik sosok ini hadir dengan dua berita, satu berita utama tentang kisah perjalanan sosok dan satu berita ringan mengenai sisi lain sosokku.
Melalui tulisan-tulisan sosokku itu, selain membuatku bertemu banyak orang penting, mendapatkan inspirasi dan menambah relasiku, juga semakin mengasah kemampuan menulisku, terutama pada berita feature. Ya, menulis feature memang sudah menjadi keahlianku tersendiri yang diakui di Bontang Post. Meskipun menurutku, tulisanku biasa saja, dan lebih pada kemampaun bercerita. Memang di antara jenis berita, berita feature merupakan berita yang paling kusenangi untuk kutulis. Karena, aku bisa memainkan bahasa dan kata-kata,seakan tengah menulis cerita. Bila dibandingkan straight news yang kaku. Kemampuan menulis feature news ini sendiri diakui oleh bosku. Sehingga hingga saat ini aku masih tetap dipercaya sebagai pemegang berita sosok. Walaupun sebenarnya, aku ingin agar rekan-rekanku yang lain juga menulsi berita sosok. Sehingga relasi dan kemampuan menulis mereka juga berkembang.
Tidak ada yang kuharapkan selain melakukan tugasku sebagai wartawan, dan menyalurkan kegemaranku menulis. Namun, terkadang aku mendapatkan bonus tersendiri usai menulis sosok dan berita diterbitkan di koran. Bukan bonus berupa materi, melainkan bonus berupa ucapan terima kasih dari narasumber-narasumberku yang telah kutuangkan kisahnya dalam jalinan kata-kata. Mayoritas mereka merasa puas dan senang dengan tulisan yang kutulis. Meskipun aku tidak pernah mengharapkan ucapan terima kasih itu, namun aku merasa bahagia bila tulisanku mendapatkan apresiasi dari narasumber dan pembacaku. Dari informasi yang kudengar, tulisan featureku banyak dibaca pelanggan, yang menjadi salah satu alasanku bertahan sebagai wartawan.
Seringnya aku menulis profil sosok tokoh-tokoh ini, terkadang membuatku terbersit untuk menulis buku biografi. Sepertinya akan menarik, menulis sebuah biografi tokoh terkenal. Paling tidak, mengumpulkan tulisan-tulisan sosokku dalam satu buku. Bahkan belum lama ini aku diminta bosku untuk menuliskan sosok tentang dirinya, sebagai sosok pemimpin muda berusia di bawah 40 tahun. Kabarnya, tulisan profilnya akan dimuat dalam buku kumpulan profil terbitan Provinsi Kaltim. Entahlah, tapi dalam wawancara itu, kuketahui sejarah berdirinya Bontang Post secara komprehensif, dan betapa pahitnya menjalani hidup sebagai wartawan dan bekerja di media.
So, bila kalian warga Bontang, memiliki prestasi, pengusaha sukses, atau menginspirasi, silakan menghubungiku. Dan bila kalian layak, nantikan kedatanganku di rumah kalian, dan tunggu profil sosok kalian terbit di halaman utama Bontang Post edisi Minggu. (luk)
Sejak itu, hampir setiap pekan aku menulis berita sosok. Ada kalanya aku tidak menulis sosok, namun hal itu sangat jarang terjadi. Maka, setiap pekan aku selalu memikirkan dan berburu, siapa lagi narasumber, tokoh yang cocok untuk kutulis perjalanan hidupnya dalam sebuah tulisan profil. Banyak suka duka kualami ketika berburu sosok-sosok ini. Misalnya, ketika aku sudah mengatur janji wawancara, lantas yang bersangkutan berhalangan. Sementara, aku tidak memiliki sosok cadangan. Ada pula pengalaman ketika aku sudah membuat janji dengan calon sosokku, namun ternyata sosok itu tengah sibuk dengan kegiatannya, sehingga membuatku mesti berpikir keras untuk bisa memanfaatkan setiap sela waktu. Bahkan pernah aku liputan sosok malam hari, dengan deadline tinggal beberapa menit lagi. Ini membuat redakturku marah.
Dalam menentukan calon-calon sosok, terkadang aku menjadikan tokoh-tokoh yang menjadi relasiku dan akrab dengannya untuk tulisan sosok. Pernah juga aku menjadikan tokoh-tokoh yang baru pertama kali kuwawancara, untuk berikutnya meminta mereka bila berkenan diprofilkan. Kadang, aku juga diminta untuk mengangkat tokoh-tokoh tertentu sebagai sosok oleh bosku. Sementara bila aku kehabisan ide untuk sosok berikutnya, aku sering meminta tolong Mbak Yuanita, rekanku di divisi Iklan atau rekan-rekan lainnya yang memiliki banyak relasi. Menurutku, rubrik sosok ini jauh berbeda dengan sekadar tulisan profil. Menurutku tulisan profil sosok haruslah mendalam sehingga mampu dijadikan pelajaran dan diambil hikmahnya oleh pembaca. Karenanya, aku cukup pilih-pilih untuk menentukan siapa yang bakal menjadi kandidat sosok.
Tapi tidak semua calon narasumber sosokku menerima tawaranku untuk mengangkat kisah mereka ke dalam bentuk profil. Beberapa menolak dengan alasan tidak ingin dianggap menyombongkan diri dengan kesuksesan mereka. Meski begitu, terkadang aku berusaha meyakinkan mereka, bahwa kisah mereka patut diketahui masyarakat Bontang agar dapat dijadikan contoh dan inspirasi. Beberapa lainnya menolak dengan alasan nanti dulu, masih banyak yang lebih layak untuk tampil sebagai sosok. Sementara ada juga kandidat sosok yang karena kesibukannya, membuatku mesti berupaya keras. Misalnya pekan itu aku gagal mendapatkan waktu untuk mewawancarainya, maka aku berusaha mendapatkan waktu pada pekan berikutnya. Bahkan ada satu narasumber, yang barus bisa kuprofilkan setelah pekan ketiga.
Untuk menghasilkan tulisan sosok yang mendalam, aku melakukan penggalian informasi yang dalam. Tak heran, proses wawancara sosok memakan waktu jauh lebih lama dari wawancara berita biasa. Biasanya aku menghabiskan waktu antara 1 sampai 2 jam untuk wawancara. Tapi wawancara ini bisa lebih singkat bila narasumberku terburu-buru melakukan aktivitas penting. Bila hal itu terjadi, aku akan berusaha memaksimalkan pertanyaanku sehingga aku bisa mendapatkan banyak bahan tulisan, sementara sosokku tidak kehilangan momen berharganya. Karena aku selalu berprinsip untuk tidak merugikan narasumberku.
Salah satunya ketika mewawancara VP Production PT Badak NGL yang juga Ketua Komite Badak Golf Bontang Nanang Asmadie yang kala itu mesti menghadiri acara hajatan. Sehingga aku mesti bisa memanfaatkan waktu 15 menit yang diberikannya dalam wawancara di lapangan golf. Tapi terkadang wawancaraku bisa sampai seharian lamanya. Sebagaimana saat aku mewawancarai Asti Senopati, seorang pencinta seni dan pemilik salon. Saat itu karena sama-sama memiliki kecintaan pada sastra, obrolanku pun terus berlanjut. Dari pukul 12.00 Wita, hingga pukul 18.00 Wita, aku dan Asti Senopati terus berada dalam obrolan nikmat yang tak terlupakan.
Tidak semua wawancara itu terjadi secara langsung secara tatap muka. Tercatat aku beberapa kali melakukan wawancara via telepon karena narasumberku tersebut tidak sedang berada di Bontang. Sementara, aku dituntut untuk bisa menuliskan profilnya. Sebagaimana yang kulakukan saat menulis profil Kepala Bagian Sosial Pemkot Bontang Sudirman yang kala itu berada di Samarinda, dan Pembalap Bontang Slalom Team (BOST) yang juga putra Wali Kota Bontang Adi Darma, Ferza Agustia Darma yang saat itu berada di Surabaya. melakukan wawancara sosok melalui telepon merupakan hal yang berat. Karena, noise yang bisa muncul dalam wawancara melalui perantara telepon riskan menghadirkan kesalahan informasi. Ini membuatku harus bisa memaksimalkan daya ingatku lebih baik lagi. Meski begitu, waktu wawancaraku tetap bisa mencapai 2 sampai 3 jam, membuat telingaku panas.
Kesulitan lainnya yaitu ketika narasumber sosokku adalah orang asing, yang tidak fasih berbahasa Indonesia. Ini kualami ketika mewawancarai Fode Camara, yang menjadi pelatih Bontang FC. Memang Fode Camara bisa berbahasa Indonesia. Namun terdapat beberapa kalimat yang tidak dimengertinya. Ini membuatku mesti berpikir keras untuk mengatur pertanyaan sehingga dia bisa memahaminya. Tak jarang aku menggunakan bahasa Inggris sehingga dia mampu memahaminya. Selain Camara Fode, sosok pesepakbola lainnya yang pernah kujadikan berita sosok adalah Fakhri Husaini, legenda sepak bola Indonesia dan juga Bontang. Bahkan, saat tengah menceritakan kisahnya, Fakhri sempat terbawa suasana dan ingin menangis, mengenang pemainnya yang meninggal di lapangan hijau. Membuatku merasa tidak.
Ada banyak pengalaman yang kudapatkan, serta suka duka dalam berburu berita sosok. Baik itu pengalaman menemukan sosok yang tepat, dan inspirasi yang diberikan narasumber sosokku melalui kisah yang diceritakannya. Sangat menarik bisa mengetahui latar belakang kesuksesan seseorang yang diceritakan secara gamblang, bahkan terkadang seperti curahan hati kepadaku. Dari situ, aku mengambil pelajaran yang berarti untuk kugunakan dalam kehidupanku. Aku menjadi terinspirasi, dan ingin seperti sosok-sosok itu yang telah melewati perjalanan penuh perjuangan keras mencapai posisi mereka saat ini. Mereka mengajarkanku mengenai disiplin, kerja keras, dan pantang menyerah. Karenanya, aku selalu merasa hidup setiap kali melakukan liputan sosok. Apalagi bila narasumberku ramah dan terbuka. Bahkan terkadang aku merasa sudah mengenal dekat sosok-sosok tersebut dari cerita yang mereka sampaikan.
Menulis profil sosok memang seperti menulis biografi. Walaupun tampil singkat, tapi aku berusaha agar tulisanku dapat mencakup semua pengalaman dan kisah sosok secara singkat tapi padat. Terkadang, saking banyaknya hal menarik yang kutemukan dalam wawancara sosok ini, tulisanku berkembang sendiri hingga seribu karakter lebih. Sehingga, halaman sambungan penuh dengan tulisanku hingga setengah halaman lebih. Ini yang terkadang diprotes oleh rekan-rekanku di redaksi maupun di divisi kreatif. Bahkan aku pernah harus memotong beritaku karena tempatnya di halaman tidak mencukupi akibat karakter tulisan yang overload. Terpaksa aku memotong beritaku, namun itu kulakukan dengan sangat hati-hati. Karena sedikit saja salah memotong bagian berita, bisa mengubah makna dalam tulisan.
Dalam wawancara sosok, aku tidak pernah menyiapkan bahan pertanyaan secara khusus. Wawancaraku terkesan sambil lalu. Namun, aku memiliki formula khusus yang menjadi patokan dalam dalam merangkai kata ketika semua bahan sudah kudapatkan. Biasanya, aku meminta narasumber sosokku untuk menceritakan perjalanannya mulai dari awal merintis karir, hingga pada kondisi sekarang. Setelah itu, aku akan menanyakan suka dan duka menjalani profesi, pengalaman berkesan, serta prinsip hidup. Tapi formula itu sendiri akan terus berkembang apabila banyak sisi menarik yang lantas kudapatkan dalam penggalian informasi. Sementara untuk berita pelengkap, biasanya aku menggunakan formula pertanyaan di luar karir atau profesi sosok. Misalnya hobi atau waktu bersama keluarga. Memang rubrik sosok ini hadir dengan dua berita, satu berita utama tentang kisah perjalanan sosok dan satu berita ringan mengenai sisi lain sosokku.
Melalui tulisan-tulisan sosokku itu, selain membuatku bertemu banyak orang penting, mendapatkan inspirasi dan menambah relasiku, juga semakin mengasah kemampuan menulisku, terutama pada berita feature. Ya, menulis feature memang sudah menjadi keahlianku tersendiri yang diakui di Bontang Post. Meskipun menurutku, tulisanku biasa saja, dan lebih pada kemampaun bercerita. Memang di antara jenis berita, berita feature merupakan berita yang paling kusenangi untuk kutulis. Karena, aku bisa memainkan bahasa dan kata-kata,seakan tengah menulis cerita. Bila dibandingkan straight news yang kaku. Kemampuan menulis feature news ini sendiri diakui oleh bosku. Sehingga hingga saat ini aku masih tetap dipercaya sebagai pemegang berita sosok. Walaupun sebenarnya, aku ingin agar rekan-rekanku yang lain juga menulsi berita sosok. Sehingga relasi dan kemampuan menulis mereka juga berkembang.
Tidak ada yang kuharapkan selain melakukan tugasku sebagai wartawan, dan menyalurkan kegemaranku menulis. Namun, terkadang aku mendapatkan bonus tersendiri usai menulis sosok dan berita diterbitkan di koran. Bukan bonus berupa materi, melainkan bonus berupa ucapan terima kasih dari narasumber-narasumberku yang telah kutuangkan kisahnya dalam jalinan kata-kata. Mayoritas mereka merasa puas dan senang dengan tulisan yang kutulis. Meskipun aku tidak pernah mengharapkan ucapan terima kasih itu, namun aku merasa bahagia bila tulisanku mendapatkan apresiasi dari narasumber dan pembacaku. Dari informasi yang kudengar, tulisan featureku banyak dibaca pelanggan, yang menjadi salah satu alasanku bertahan sebagai wartawan.
Seringnya aku menulis profil sosok tokoh-tokoh ini, terkadang membuatku terbersit untuk menulis buku biografi. Sepertinya akan menarik, menulis sebuah biografi tokoh terkenal. Paling tidak, mengumpulkan tulisan-tulisan sosokku dalam satu buku. Bahkan belum lama ini aku diminta bosku untuk menuliskan sosok tentang dirinya, sebagai sosok pemimpin muda berusia di bawah 40 tahun. Kabarnya, tulisan profilnya akan dimuat dalam buku kumpulan profil terbitan Provinsi Kaltim. Entahlah, tapi dalam wawancara itu, kuketahui sejarah berdirinya Bontang Post secara komprehensif, dan betapa pahitnya menjalani hidup sebagai wartawan dan bekerja di media.
So, bila kalian warga Bontang, memiliki prestasi, pengusaha sukses, atau menginspirasi, silakan menghubungiku. Dan bila kalian layak, nantikan kedatanganku di rumah kalian, dan tunggu profil sosok kalian terbit di halaman utama Bontang Post edisi Minggu. (luk)
contoh_tulisan_sosokku_1.jpg |
contoh_tulisan_sosokku_2.jpg |
contoh_tulisan_sosokku_3.jpg |