Aku dan Komunitas Pokemon.
Pada Minggu tanggal 8 Maret lalu, aku kembali bertemu dengan Zen Aufa Bahalwan, temanku di dunia maya yang sudah kuanggap seperti adik sendiri. Kebetulan aku sedang ada di Jakarta menghadiri expo, dan lalu Zen mengajak ketemuan. Langsung saja kuiyakan pertemuan di hari Minggu bertempat di Mal Ambassador. Kami pun bertemu di rumah makan D’Cost yang berada di lantai paling atas mal ini. Rupa-rupanya Zen datang bersama rekan-rekannya, yang juga penggemar Pokemon dan anggota komunitas Pokemon yang pernah kudirikan, POIN. Bertemu dengan mereka langsung membuatku minder karena tubuh mereka tinggi-tinggi! Aku pun jadi laki-laki paling pendek di antara mereka semua.
Zen datang bersama Alvin Adelino, Mardika Guntoro, Ari Budi, dan Eri kekasihnya. Alvin adalah mahasiswa psikologi UI, pakar kompetitif Pokemon yang pernah menjuarai POIN League 3Xtreme. Mardika Guntoro alias Tinus adalah bocah Depok yang pernah menghebohkan komunitas kami dan juga media massa setempat dengan aksinya minggat dari rumah dan menghilang, walaupun kini sudah kembali lagi dan bertambah tinggi. Ari Budi alias Arbud adalah anggota aktif POIN yang lebih aktif sebagai silent reader, yang diam-diam mencermati perkembangan POIN dan menyelamatkan beberapa artikel POIN. Sementara Eri adalah anggota perempuan POIN yang kini menjadi kekasih Zen. Dia ikut bersama Zen dalam pertemuan pertama kami di Tamini Square lima tahun yang lalu, saat itu dia belum menjadi kekasih Zen.
Pertemuan kami berlangsung menyenangkan walaupun awalnya agak kikuk. Akhirnya aku bertemu lagi dengan Zen dan melihatnya kini jadi lebih gemuk dibandingkan dulu. Mungkin karena dia sekarang tak lagi aktif sebagai anggota paskibra. Banyak hal berkesan yang diciptakan Zen yang sudah menganggapku sebagai kakaknya. Seringkali kita mengobrol via facebook, membicarakan banyak hal, menanyakan banyak hal pula. Yang paling berkesan darinya, saat dia memberikan CD original Pokemon 2000 pada pertemuan kami. Lantas, dia menjadi sponsor turnamen Pokemon yang kugelar, Lukman Cup 2013. Melalui usaha mandirinya yang pernah masuk koran yaitu Zendroid, dia membagikan pin Lukman Cup 2013 kepada para peserta yang berpartisipasi waktu itu.
Baca artikel sebelumnya:
Pada Minggu tanggal 8 Maret lalu, aku kembali bertemu dengan Zen Aufa Bahalwan, temanku di dunia maya yang sudah kuanggap seperti adik sendiri. Kebetulan aku sedang ada di Jakarta menghadiri expo, dan lalu Zen mengajak ketemuan. Langsung saja kuiyakan pertemuan di hari Minggu bertempat di Mal Ambassador. Kami pun bertemu di rumah makan D’Cost yang berada di lantai paling atas mal ini. Rupa-rupanya Zen datang bersama rekan-rekannya, yang juga penggemar Pokemon dan anggota komunitas Pokemon yang pernah kudirikan, POIN. Bertemu dengan mereka langsung membuatku minder karena tubuh mereka tinggi-tinggi! Aku pun jadi laki-laki paling pendek di antara mereka semua.
Zen datang bersama Alvin Adelino, Mardika Guntoro, Ari Budi, dan Eri kekasihnya. Alvin adalah mahasiswa psikologi UI, pakar kompetitif Pokemon yang pernah menjuarai POIN League 3Xtreme. Mardika Guntoro alias Tinus adalah bocah Depok yang pernah menghebohkan komunitas kami dan juga media massa setempat dengan aksinya minggat dari rumah dan menghilang, walaupun kini sudah kembali lagi dan bertambah tinggi. Ari Budi alias Arbud adalah anggota aktif POIN yang lebih aktif sebagai silent reader, yang diam-diam mencermati perkembangan POIN dan menyelamatkan beberapa artikel POIN. Sementara Eri adalah anggota perempuan POIN yang kini menjadi kekasih Zen. Dia ikut bersama Zen dalam pertemuan pertama kami di Tamini Square lima tahun yang lalu, saat itu dia belum menjadi kekasih Zen.
Pertemuan kami berlangsung menyenangkan walaupun awalnya agak kikuk. Akhirnya aku bertemu lagi dengan Zen dan melihatnya kini jadi lebih gemuk dibandingkan dulu. Mungkin karena dia sekarang tak lagi aktif sebagai anggota paskibra. Banyak hal berkesan yang diciptakan Zen yang sudah menganggapku sebagai kakaknya. Seringkali kita mengobrol via facebook, membicarakan banyak hal, menanyakan banyak hal pula. Yang paling berkesan darinya, saat dia memberikan CD original Pokemon 2000 pada pertemuan kami. Lantas, dia menjadi sponsor turnamen Pokemon yang kugelar, Lukman Cup 2013. Melalui usaha mandirinya yang pernah masuk koran yaitu Zendroid, dia membagikan pin Lukman Cup 2013 kepada para peserta yang berpartisipasi waktu itu.
Baca artikel sebelumnya:
Di pertemuan itu aku pun bisa bertemu dengan Mardika Guntoro alias Tinus, yang pernah membuatku sakit kepala karena ulah liarnya waktu itu. Bayangkan saja, dia pergi dari rumah menghilang begitu saja, hingga beritanya masuk ke surat kabar dan media online. Alhamdulillah dia akhirnya kembali dan menemukan dirinya kembali. Dan ya, sekarang dia sudah begitu tinggi. Terakhir kulihat dia masih bocah SMP dan tidak terlalu tinggi. Aku banyak mengobrol dengannya hari itu dan mengetahui sebuah rahasia yang membuatku kesal sekali. Bagaimana tidak, rupanya dialah sosok Aipuspita, salah seorang anggota komunitasku yang terkenal jago battle. What, ternyata selama ini aku dibohongi! Ternyata Ai itu laki-laki dan dia adalah Tinus!
Dalam pertemuan Minggu itu, aku pun bisa bertemu dengan salah seorang juara POIN League, Alvin yang di komunitasku dikenal dengan nama Psychup alias Shimmer. Dia kujuluki Master Server karena dialah yang membuat server kami di battle simulator. Sekadar informasi, POIN League adalah turnamen pertarungan Pokemon kompetitif yang kuselenggarakan di POIN. Turnamen ini kugelar sejak 2010 hingga 2012 (3Xtreme), yang kemudian diambil alih penyelenggaraannya oleh pemimpin baru POIN saat ‘kiamat’ POIN terjadi. Sejak penyelenggaraan POIN League 2010, aku selalu berharap bisa bertemu dengan juara POIN League atau yang biasa disebut champion. Dan ya, itu Alvin juara POIN League ketiga yang pertama kali bisa kutemui. Pada tahun 2012 Alvin bisa disebut sebagai petarung terkuat di POIN, dengan puncak penampilannya di partai final melawan Andy William menghadirkan pertarungan kompetitif paling seru yang pernah kusaksikan.
Lalu ada Ari Budi Wicaksono, mahasiswa asal Serpong yang turut hadir dalam pertemuan ‘reuni’ itu. Awalnya aku tak mengenalnya, dan itu wajar karena dia tidak pernah menunjukkan wajahnya sebelumnya di dunia maya. Kupikir dia Wahyu Makuta, rekan komunitasku yang pertama kali kutemui secara langsung. Hingga kemudian dia menyebut nama ‘Arbud’, membuatku langsung mengenal siapa dia. Ya, seingatku Arbud adalah anggota aktif komunitasku. Dia ikut dalam POIN League 4 dan memiliki artwork buatan Bagus Ilham, seniman yang sering menggambar karakter-karakter anggota POIN dan yang menggambar header blog ini. Pada kesempatan itu Arbud bercerita bahwa motivasinya ikut dalam POIN League 4 adalah agar bisa dibuatkan artwork oleh Bagus Ilham. Alasan yang menurutku WOW banget!
Sementara Eri yang hadir kembali bersama Zen tampil berbeda bila dibandingkan pertemuan pertama kami. Kini Eri mengenakan jilbab, yang membuatnya terlihat semakin cantik. Aku ingat pada pertemuan pertama kami dulu, Zen datang dengan kekasihnya Maria. Eri ikut serta pada pertemuan itu, dengan tampilan modis bak anak gaul zaman sekarang dengan headphone di kepalanya. Aku tak menyangka bila pada pertemuan kami berikutnya mereka berdua sudah menjadi sepasang kekasih. Kulihat mereka pasangan yang serasi. Dan ya, mereka saling mengenal lewat POIN, komunitas yang kudirikan dulu di tahun 2008. Aku tak menyangka bila lewat komunitasku terjalin hubungan erat antar anggotanya, bahkan menjadi sepasang kekasih. Memang salah satu tujuanku mendirikan komunitas itu adalah untuk mempertemukan para penggemar Pokemon di Indonesia. Ya walaupun komunitas ini telah tiada di awal 2013, berganti bentuk menjadi majalah online, setidaknya tujuan itu telah tercapai.
Banyak hal kami bahas dalam pertemuan Minggu itu, mulai dari kabar para POINers, sebutan anggota khas untuk anggota POIN. Kami membicarakan hal-hal indah saat komunitas kami masih berdiri dulu. Kami mengulas kembali kejadian-kejadian seru yang pernah terjadi di komunitas kami tersebut, membawa kembali ingatanku ke masa-masa emas itu. Kami turut membicarakan perkembangan game Pokemon terkini, yaitu hadirnya game Pokemon bergenre fighting, Pokken Tournament. Kami juga membicarakan perkembangan metagame kompetitif Pokemon terbaru, di mana Alvin, Arbud, dan Tinus tampak begitu tertarik dengan materi ini. Selain itu kami juga mengulas kegiatan-kegiatan pertemuan atau gathering yang rutin digelar oleh anggota-anggota komunitasku sebelumnya, khususnya para anggota yang tinggal di wilayah Jabodetabek dan Jogjakarta yang begitu karib di dunia nyata.
Zen mengatakan padaku, sebenarnya ada lagi POINers yang ingin hadir dalam pertemuan Minggu tersebut. Di antaranya Rikhana Ardilla dan sahabatnya, Raisha Ardiani serta Wahyu Makuta. Rikhana adalah pemimpin baru POIN dalam wujud majalah online POIN Magz, dan Raisha adalah salah seorang anggota aktif POIN yang kehadirannya begitu menceriakan komunitas kami. Keduanya tidak bisa hadir karena mesti belajar mempersiapkan ujian keesokan harinya. Sementara Wahyu tak bisa hadir karena ada kegiatan PPL. Wahyu merupakan anggota POIN pertama yang kutemui secara langsung di dunia nyata, yaitu saat dia memberikan kartu Pokemon ‘setan’ miliknya padaku di Depok Town Square beberapa tahun yang lalu. Meski tak dapat bertemu, namun aku sempat mengobrol bersama mereka bertiga melalui ponsel Zen.
Pertemuan Minggu itu begitu menyenangkan. Mereka semua begitu kocak dan begitu akrab satu sama lain. Aku tak menyangka bila sosok mereka di dunia nyata bisa begitu menyenangkan. Kami mengobrol dengan asyiknya, tanpa terasa waktu sudah semakin sore. Aku mesti meminta mereka untuk kembali pulang, mengingat rumah mereka masing-masing terbilang jauh dari tempat pertemuan kami. Arbud bahkan tinggal di Serpong. Aku terkesan dengan mereka yang rela datang jauh-jauh untuk menemuiku, sosok yang dianggap pahlawan dan disegani di dunia komunitas Pokemon Indonesia. Sayangnya aku tak bisa menjamu mereka dengan baik mengingat keterbatasanku saat ini, padahal sejujurnya aku sangat ingin.
Setelah berfoto bersama, kami pun mulai beranjak meninggalkan Mal Ambassador. Sebelum berpisah, Zen memberikanku sebuah hadiah misterius yang dari bentuknya kuduga sebagai bedak Herocyn. Aku merasa tidak enak padanya karena dia selalu memberiku hadiah, walaupun dia menyebut bukan masalah. Sementara Arbud memberikanku koleksi artikel POIN, yang membuatku mendapatkan kembali informasi tentang POIN League dan Melodia Poinesia. Kami pulang bersama dengan angkot 44, hingga kemudian aku berpisah dengan mereka di depan SMP 115. Sementara mereka melanjutkan perjalanan ke stasiun kereta Tebet. Tak lupa aku mengucapkan terima kasih dan berpesan agar mereka berhati-hati di jalan.
Setibanya di rumah, aku langsung membuka hadiah dari Zen yang terbungkus kertas putih itu. Rupanya hadiah itu adalah dua buah figurin Pokemon favoritku, Sandshrew dan Ho-Oh yang menjadi maskot komunitasku. Holy SH*T! Akhirnya aku punya figurin Sandhsrew, Pokemon trenggiling favoritku sejak aku masih kecil. Sebelumnya aku juga pernah mendapatkan boneka rajut berbentuk sepasang Sandshrew di dalam keranjang sebagai hadiah pernikahan dari anggota POIN lainnya, Bunga Indraswari. Langsung saja kukirimkan pesan ke Zen mengucapkan terima kasih. Ini adalah hadiah yang sangat indah!
Dalam pertemuan Minggu itu, aku pun bisa bertemu dengan salah seorang juara POIN League, Alvin yang di komunitasku dikenal dengan nama Psychup alias Shimmer. Dia kujuluki Master Server karena dialah yang membuat server kami di battle simulator. Sekadar informasi, POIN League adalah turnamen pertarungan Pokemon kompetitif yang kuselenggarakan di POIN. Turnamen ini kugelar sejak 2010 hingga 2012 (3Xtreme), yang kemudian diambil alih penyelenggaraannya oleh pemimpin baru POIN saat ‘kiamat’ POIN terjadi. Sejak penyelenggaraan POIN League 2010, aku selalu berharap bisa bertemu dengan juara POIN League atau yang biasa disebut champion. Dan ya, itu Alvin juara POIN League ketiga yang pertama kali bisa kutemui. Pada tahun 2012 Alvin bisa disebut sebagai petarung terkuat di POIN, dengan puncak penampilannya di partai final melawan Andy William menghadirkan pertarungan kompetitif paling seru yang pernah kusaksikan.
Lalu ada Ari Budi Wicaksono, mahasiswa asal Serpong yang turut hadir dalam pertemuan ‘reuni’ itu. Awalnya aku tak mengenalnya, dan itu wajar karena dia tidak pernah menunjukkan wajahnya sebelumnya di dunia maya. Kupikir dia Wahyu Makuta, rekan komunitasku yang pertama kali kutemui secara langsung. Hingga kemudian dia menyebut nama ‘Arbud’, membuatku langsung mengenal siapa dia. Ya, seingatku Arbud adalah anggota aktif komunitasku. Dia ikut dalam POIN League 4 dan memiliki artwork buatan Bagus Ilham, seniman yang sering menggambar karakter-karakter anggota POIN dan yang menggambar header blog ini. Pada kesempatan itu Arbud bercerita bahwa motivasinya ikut dalam POIN League 4 adalah agar bisa dibuatkan artwork oleh Bagus Ilham. Alasan yang menurutku WOW banget!
Sementara Eri yang hadir kembali bersama Zen tampil berbeda bila dibandingkan pertemuan pertama kami. Kini Eri mengenakan jilbab, yang membuatnya terlihat semakin cantik. Aku ingat pada pertemuan pertama kami dulu, Zen datang dengan kekasihnya Maria. Eri ikut serta pada pertemuan itu, dengan tampilan modis bak anak gaul zaman sekarang dengan headphone di kepalanya. Aku tak menyangka bila pada pertemuan kami berikutnya mereka berdua sudah menjadi sepasang kekasih. Kulihat mereka pasangan yang serasi. Dan ya, mereka saling mengenal lewat POIN, komunitas yang kudirikan dulu di tahun 2008. Aku tak menyangka bila lewat komunitasku terjalin hubungan erat antar anggotanya, bahkan menjadi sepasang kekasih. Memang salah satu tujuanku mendirikan komunitas itu adalah untuk mempertemukan para penggemar Pokemon di Indonesia. Ya walaupun komunitas ini telah tiada di awal 2013, berganti bentuk menjadi majalah online, setidaknya tujuan itu telah tercapai.
Banyak hal kami bahas dalam pertemuan Minggu itu, mulai dari kabar para POINers, sebutan anggota khas untuk anggota POIN. Kami membicarakan hal-hal indah saat komunitas kami masih berdiri dulu. Kami mengulas kembali kejadian-kejadian seru yang pernah terjadi di komunitas kami tersebut, membawa kembali ingatanku ke masa-masa emas itu. Kami turut membicarakan perkembangan game Pokemon terkini, yaitu hadirnya game Pokemon bergenre fighting, Pokken Tournament. Kami juga membicarakan perkembangan metagame kompetitif Pokemon terbaru, di mana Alvin, Arbud, dan Tinus tampak begitu tertarik dengan materi ini. Selain itu kami juga mengulas kegiatan-kegiatan pertemuan atau gathering yang rutin digelar oleh anggota-anggota komunitasku sebelumnya, khususnya para anggota yang tinggal di wilayah Jabodetabek dan Jogjakarta yang begitu karib di dunia nyata.
Zen mengatakan padaku, sebenarnya ada lagi POINers yang ingin hadir dalam pertemuan Minggu tersebut. Di antaranya Rikhana Ardilla dan sahabatnya, Raisha Ardiani serta Wahyu Makuta. Rikhana adalah pemimpin baru POIN dalam wujud majalah online POIN Magz, dan Raisha adalah salah seorang anggota aktif POIN yang kehadirannya begitu menceriakan komunitas kami. Keduanya tidak bisa hadir karena mesti belajar mempersiapkan ujian keesokan harinya. Sementara Wahyu tak bisa hadir karena ada kegiatan PPL. Wahyu merupakan anggota POIN pertama yang kutemui secara langsung di dunia nyata, yaitu saat dia memberikan kartu Pokemon ‘setan’ miliknya padaku di Depok Town Square beberapa tahun yang lalu. Meski tak dapat bertemu, namun aku sempat mengobrol bersama mereka bertiga melalui ponsel Zen.
Pertemuan Minggu itu begitu menyenangkan. Mereka semua begitu kocak dan begitu akrab satu sama lain. Aku tak menyangka bila sosok mereka di dunia nyata bisa begitu menyenangkan. Kami mengobrol dengan asyiknya, tanpa terasa waktu sudah semakin sore. Aku mesti meminta mereka untuk kembali pulang, mengingat rumah mereka masing-masing terbilang jauh dari tempat pertemuan kami. Arbud bahkan tinggal di Serpong. Aku terkesan dengan mereka yang rela datang jauh-jauh untuk menemuiku, sosok yang dianggap pahlawan dan disegani di dunia komunitas Pokemon Indonesia. Sayangnya aku tak bisa menjamu mereka dengan baik mengingat keterbatasanku saat ini, padahal sejujurnya aku sangat ingin.
Setelah berfoto bersama, kami pun mulai beranjak meninggalkan Mal Ambassador. Sebelum berpisah, Zen memberikanku sebuah hadiah misterius yang dari bentuknya kuduga sebagai bedak Herocyn. Aku merasa tidak enak padanya karena dia selalu memberiku hadiah, walaupun dia menyebut bukan masalah. Sementara Arbud memberikanku koleksi artikel POIN, yang membuatku mendapatkan kembali informasi tentang POIN League dan Melodia Poinesia. Kami pulang bersama dengan angkot 44, hingga kemudian aku berpisah dengan mereka di depan SMP 115. Sementara mereka melanjutkan perjalanan ke stasiun kereta Tebet. Tak lupa aku mengucapkan terima kasih dan berpesan agar mereka berhati-hati di jalan.
Setibanya di rumah, aku langsung membuka hadiah dari Zen yang terbungkus kertas putih itu. Rupanya hadiah itu adalah dua buah figurin Pokemon favoritku, Sandshrew dan Ho-Oh yang menjadi maskot komunitasku. Holy SH*T! Akhirnya aku punya figurin Sandhsrew, Pokemon trenggiling favoritku sejak aku masih kecil. Sebelumnya aku juga pernah mendapatkan boneka rajut berbentuk sepasang Sandshrew di dalam keranjang sebagai hadiah pernikahan dari anggota POIN lainnya, Bunga Indraswari. Langsung saja kukirimkan pesan ke Zen mengucapkan terima kasih. Ini adalah hadiah yang sangat indah!
Seperti yang kukatakan sebelumnya, pertemuan di Mal Ambassador bukan merupakan pertemuan pertamaku dengan anggota-anggota komunitasku. Selain dengan Zen dan Wahyu, sebelumnya aku juga pernah bertemu dengan anggota-anggota lainnya. Di antaranya yaitu Akhmad Alfarouqi dan Yoga Oktavi yang rela jauh-jauh datang dari Jogjakarta ke Kediri untuk menghadiri pernikahanku, walaupun telat. Aku memberikan kaos Kafe POINers bergambar trio Pokemon monyet elemen kepada mereka sebagai kenang-kenangan. Aku juga bertemu dengan Bunga Indraswari yang hadir pada resepsi pernikahanku dan memberiku hadiah boneka rajut sepasang Sandshrew, Pokemon favoritku yang dikemas dengan indah di dalam keranjang bunga. Sementara di tanah kelahiranku di Bontang, aku bertemu dan makan bersama dengan Rafly Pranoto, murid sekolah Yabis.
Pertemuan dengan mereka semua merupakan pertemuan yang sangat berkesan. Aku hanya tak menyangka bisa bertemu dengan mereka semua. Mereka para anggota POIN, yang menganggapku sebagai kakak dan memanggilku dengan sebutan ‘Kak L’. Di mana sebelumnya aku hanya mengenal mereka di internet lewat kata-kata dan gambar. Dan ternyata mereka menyenangkan, baik hati, mereka anak-anak yang berbakat. Setidaknya itulah yang kudapatkan dari pertemuan singkatku dengan mereka secara langsung. Pertemuan yang begitu berkesan dan takkan terlupakan. Terima kasih banyak ya kawan-kawan... Zen, Ruqi, Bunga... Semuanya! (luk)
Pertemuan dengan mereka semua merupakan pertemuan yang sangat berkesan. Aku hanya tak menyangka bisa bertemu dengan mereka semua. Mereka para anggota POIN, yang menganggapku sebagai kakak dan memanggilku dengan sebutan ‘Kak L’. Di mana sebelumnya aku hanya mengenal mereka di internet lewat kata-kata dan gambar. Dan ternyata mereka menyenangkan, baik hati, mereka anak-anak yang berbakat. Setidaknya itulah yang kudapatkan dari pertemuan singkatku dengan mereka secara langsung. Pertemuan yang begitu berkesan dan takkan terlupakan. Terima kasih banyak ya kawan-kawan... Zen, Ruqi, Bunga... Semuanya! (luk)